Ketika Nabi Musa Mempertanyakan Keadilan Allah, liputan kontributor PWMU.CO Gresik Ayu Triria Puspita Devi.
PWMU.CO – Ustadz Drs Musta’in Rozaq MPdI mengisahkan tentang keadilan Allah yang Nabi Musa pertanyakan. Kisah ini dia sampaikan pada Pengajian Ahad Pagi oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik di Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik, Ahad (6/3/2022).
Terkait keadilan, Nabi Musa alaihissalam (AS) pernah curhat kepada Allah SWT. Musa berkata, “Ya Allah tolong tunjukkan keadilanmu di hadapan kami ya Allah.”
Musta’in bertanya retorik, “Apa kata Allah?”
Ia kemudian melanjutkan, “Musa kamu tidak akan mampu melihat keadilan-Ku!”
Tapi Nabi Musa menjawab, “Insyaallah mampu ya Allah.”
Karena Musa memaksa dan dia taat pada Allah, maka Allah menunjuknya untuk pergi ke suatu tempat yang ada mata air indah. Namun, saat dekat dengan mata air itu, Musa diminta bersembunyi dan menyaksikan beberapa adegan.
Adegan yang Musa Lihat
Adegan pertama, ada seorang raja zalim naik kuda. Dia membawa sekantong besar uang bernilai ratusan juta. Ketika raja itu dekat dengan mata air, uang sekantong dia taruh di atas batu.
Sambil menikmati mata air, ia mencuci muka dan minum. Lalu ia gerak cepat meninggalkan mata air. Musa melupakan sekantong uang yang ia letakkan di atas batu.
Tak lama kemudian, sambung Ustadz Musta’in, ada anak kecil laki-laki sekitar usia SMP datang ke mata air untuk mencuci muka dan minum air. Seketika, dia melihat ada kantong di atas batu tadi. Maka ia bawa pulang kantong tersebut. Nabi musa tercengang melihat kejadian itu. Ia ingin tahu tujuan Allah memberikan contoh.
Setelah itu, ada seorang kakek tua buta datang dengan membawa tongkat. Ia berjalan menuju mata air. Setelah sampai, ia meletakkan tongkatnya di dekat mata air. Kakek tua tersebut juga mencuci muka dan minum air dari mata air.
Namun, saat ia hendak pulang, tiba-tiba raja yang uangnya tertinggal tadi datang. Ketika ia menoleh ke batu dan tidak menjumpai kantongnya, ia panik dan menuduh si kakek telah mencuri kantongnya.
“Di mana uang di sini? Kamu ambil ya?” tanya raja dengan nada menuduh.
Kakek menjawab, “Astaghfirullah saya buta, tidak bisa melihat.”
“Jangan banyak omong! Di sini tidak ada orang lain lagi. Pasti kamu!” ujar raja.
Akhirnya, terjadi adu mulut antara kakek dan raja. Sang raja yang merasa rugi—karena raja zalim tersebut hanya berpikir harta saja—seketika menusuk kakek dengan senjatanya. Maka kakek tua itu terkapar dan meninggal. Setelah itu, raja meninggalkan mayat sang kakek.
Ustadz Musta’in mengatakan, Musa rupanya tidak kuat melihat keadilan Allah. Nabi Musa berkata, “Ya Rabb, apa maksud-Mu ya Allah? Aku tidak bisa memahami adegan seperti ini ya Allah.”
Baca sambungan di halaman 2: Keadilan Allah