PWMU.CO– Etika bicara di pergaulan dikupas dalam Kajian Aisyiyah Patemon Tanggul Jember. Acara berlangsung di Masjid MBS Tanggul, Jumat (11/3/2022) siang.
Kajian dibuka oleh pembawa acara Yuli Cindy. Dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci al-Quran oleh Ustadzah Ana dan terjemah oleh Dyah Ayu. Membacakan surat Hud ayat 54-62.
Kajian diisi oleh Ustadz Hidayatur Rokhman Lc. Diawali penjelasan hakikat seorang muslim menyelamatkan saudaranya dari perbuatan tangan dan lisan kita.
Di zaman medsos ini dia dia mengajak lebih berhati-hati menggunakan tangan untuk menulis dan lisan waktu berbicara.
Maman, sapaan akrab Ustadz Abdur Rokhman, menuturkan, menulis merupakan hal baik yang perlu diupayakan.
”Jika tulisan kita baik maka kita akan mendapatkan hal-hal baik dan mencetak sejarah kebaikan. Begitupun sebaliknya tulisan buruk membawa bencana bagi orang lain,” tuturnya.
Kemudian Ustadz Maman menjelaskan etika bicara dalam pergaulan di antaranya pertama, tidak melibatkan diri pada hal-hal yang kurang baik.
Kedua, jangan sering mengucapkan sumpah di setiap keadaan. ”Karena sumpah seharusnya diucapkan sesuai kondisi dan tempat,” ujarnya.
Ketiga, tidak boleh bohong. Menurut dia, kebohongan dibolehkan hanya untuk tiga hal yaitu mengatur strategi perang, mendamaikan dua orang yang bertikai, dan suami istri boleh berbohong dalam ranah kebaikan dan kemaslahatan.
Etika bicara keempat, tidak boleh mengarah kepada gibah, dan namima atau mengadu domba.
Kelima, hindari ucapan-ucapan yang mengandung keburukan dan tidak bermanfaat. Keenam, jaga ucapan tercela. Ketujuh, sebelum berucap pikirkan dulu apa yang akan kita ucapkan adalah kebaikan.
Saat sesi tanya jawab Humaiyah menanyakan,”Jika kita berbohong hal pribadi, di kemudian hari kita paham jika itu tidak sesuai fakta, apa kita perlu konfirmasi atas hal tersebut atau cukup dengan istighfar?”
Ustadz Maman menjawab, ”Jika kebohongan itu tidak berakibat yang luas maka kita disarankan untuk beristighfar. Namun kalau kebohongan itu berakibat luas maka kita perlu menjelaskan sesuai fakta.”
Kajian sore ditutup dengan sholat bersama dengan santri MBS dan dzikir bersama. (*)
Penulis Dyah Ayu Kusumastuti Editor Sugeng Purwanto