PWMU.CO– Bahaya lisan berakibat dosa menjadi topik Kajian Muslimah (Kalimah) yang diikuti oleh seluruh siswi SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik (Spemdalas) di Andalusia Hall secara hybrid, Jumat (11/3/2022).
Kajian disampaikan oleh Qonita Zakiyah, siswi kelas 9D dan pemandu acara oleh Ustadzah Octaria Wahyu Ningtias SPd.
”Pepatah mengatakan menuntut ilmu itu bagai nelayan yang berlayar di lautan. Semakin ke tengah semakin banyak yang didapatkan. Menuntut ilmu itu adalah takwa, menyampaikan ilmu adalah ibadah, mengulang-ulang ilmu adalah dzikir, dan mencari ilmu adalah jihad,” tutur Qonita membuka ceramahnya.
Lantas Qonita mengulas bahaya lisan. Sebab lisan atau lidah itu tidak bertulang. Ia mengulas bahaya lisan dari buku berjudul Jagalah Lisan tulisan ulama abad pertengahan, Ibnu Taimiyah.
Di buku itu menyebutkan lima dosa karena tidak menjaga lisan.”Pertama, ucapan kesyirikan dan kekufuran. Kedua sumpah palsu, yaitu berbohong dengan mengatasnamakan Allah, itu nggak boleh ya,” ujarnya.
Ketiga, mencela dan menghina. Keempat, ghibah. ”Ghibah ini sering kita lakukan tanpa sadar yaitu menggunjing orang lain,” katanya.
Kelima adalah namimah. Yaitu adu domba atau provokasi dalam artian yang buruk.
Enam Ucapan
Ibnu Taimiyah, kata Qonita, juga menyampaikan enam ucapan yang berakibat dosa. Enam ucapan yang berakibat dosa itu pertama, berbohong.
Menurutnya, berbohong tidak hanya merugikan diri sendiri, tapi juga merugikan orang lain. Kebohongan bisa menimbulkan kebohongan selanjutnya.
”Kalau kita berbohong selalu akan ada berbohong dan berbohong seterusnya. Bahkan dalam satu percakapan bisa berbohong tiga kali,” terangnya.
Kedua, mengejek atau mencemooh. Menurut Qanita mengejek atau mencemooh dapat memicu sakit hati yang berujung pada perselisihan.
”Mencemooh itu sama dengan mengejek ya, tapi mencemooh itu disambung dengan ketawa-ketawa gitu. Itu bisa menimbulkan sakit hati,” tuturnya.
Ketiga, berkata jorok dan keji. Menurut Qonita berkata jorok tidak pantas dikatakan oleh seorang muslimah yang tabiatnya adalah lemah lembut.
”Perkataan-perkataan jorok dan keji ini nggak pantes diucapin apalagi buat kita yang muslimah, yang seharusnya ucapannya itu lemah lembut, dijaga perkataannya. Berkata jorok ini sama sekali nggak pantes kita ucapin. Meskipun kita lagi marah,” jelasnya.
Dia mengutip hadits Rasulullah saw. ”Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak melaknat, bukan pula orang yang keji, dan bukan orang yang jorok omongannya,” (HR Tirmidzi no. 1977, Ahmad no. 3839)
Keempat, menyebarkan rahasia. Menurut Qonita, rahasia merupakan suatu hal yang seharusnya tidak disebarluaskan. Karena itu sikap yang paling baik adalah menjadi orang yang amanah saat diberi tahu rahasia oleh orang lain.
”Kalian pernah nggak jadi teman curhat? Saat kita dicurhatin teman kita berarti kita itu dipercaya oleh teman kita untuk menjaga rahasia dia. Yang paling baik adalah kita menjadi orang yang amanah dengan menjaga rahasia tersebut dengan baik,” jelasnya.
Kelima, berbicara secara berlebihan. Menurut remaja yang kerap memenangkan lomba baca puisi ini, berlebihan dalam bicara ada dua macam, yaitu berlebihan dari segi isinya dan berlebihan dalam hal waktu.
”Misal kita lagi membicarakan sesuatu malah akhirnya ke mana-mana. Jadi kita harus berbicara secukupnya. Apa yang mau dibicarakan jangan ditambah-tambahin yang malah jadi over sharing. Kalau kita ngomong sama teman kadang saking asyiknya apalagi satu frekuensi, ada aja obrolannya sampai berjam-jam sampai lupa waktu dan akhirnya meninggalkan shalat. Jadi kalau ngobrol ada batasannya ya,” terangnya.
Keenam, bertengkar. Bertengkar ini lebih kepada perilaku. Namun perilaku ini bisa menjadikan ucapan yang buruk karena ketika bertengkar seseorang emosinya sedang meluap-luap.
”Jadi spontan gitu ucapan-ucapan buruk bisa keluar dari mulut kita, soalnya kita lagi kesel. Makanya kita jangan sampai bertengkar ya,” jelasnya.
Qonita memperingatkan tentang beberapa hal akibat dari terbiasa berkata buruk, di antaranya adalah merusak pertemanan, hidup terasa sempit, jauh dari Allah swt, memiliki citra negatif.
”Berkata yang baik memberikan dampak positif yaitu terhindar dari keras hati, dapat meningkatkan keimanan, memiliki kedudukan yang tinggi sebagai muslim, dan dijanjikan surga oleh Allah serta diangkat derajatnya oleh Allah,” tuturnya.
Perkataan yang buruk bisa dihindari, menurut dia, dengan menjauhi sikap sombong, membanggakan diri, memperbanyak membaca al-Quran, hindari menggunjing maupun adu domba, berpikir sebelum berbicara dan memperbanyak dzikir dan istighfar.
”Orang terbiasa berdzikir pas lagi emosi yang keluar kata-kata dzikir misalnya Ya Allah, astaghfirullah, bukan kata-kata yang buruk,” tandasnya mengakhiri ceramah bahaya lisan. (*)
Penulis Ain Nurwindasari Editor Sugeng Purwanto