Parenting Nabi Ibrahim Sukses Didik Nabi Ismail, liputan Ain Nurwindasari kontributor PWMU.CO SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik
PWMU.CO – Oki Setiana Dewi memberikan kajian parenting yang digelar di Masjid At-Taqwa SMP Muhammadiyah 12 GKB dengan tema Mendidik Generasi Surga Melalui Keluarga yang dihadiri wali siswa dan jamaah umum, Rabu (16/3/22).
Dia membeberkan beberapa contoh parenting di dalam al-Quran yang rata-rata diperankan ayah. Yaitu parenting Maryam yang diasuh Nabi Zakariya sebagaimana tertera dalam surat Ali Imran 35-37. Parenting Luqman yang tertuang surat Luqman ayat 13-19, dan parenting Nabi Ibrahim dalam surat ash-Shaffat ayat 100-111.
“Memang rata-rata parenting di dalam al-Quran itu adalah ayah kepada anak. Artinya parenting itu tidak hanya dilakukan kita perempuan-perempuan, tapi juga suami kita, yang menjadi partner kita itu,” terangnya.
Dia mencontohkan parenting dilakukan Nabi Ibrahim sehingga membentuk anak yang hebat Nabi Ismail As. Hal ini karena Nabi Ibrahim merupakan orang yang sangat teguh dalam memegang prinsip akidah.
Hancurkan Berhala
Oki kemudian mengkisahkan Nabi Ibrahim yang menghancurkan berhala yang akhirnya Nabi Ibrahim dibakar dan Dia diselamatkan Allah karena keteguhannya memegang akidah.
“Ada beberapa kunci keberhasilan Nabi Ibrahim dalam mendidik Nabi Ismail. Pertama, memilih seorang istri yang hebat. Pendidikan anak itu bukan dimulai ketika anak itu lahir, tapi pendidikan anak itu dimulai dari kita memilih pasangan,” Jjelasnya.
Hal ini karena Nabi Ibrahim menikahi Siti Hajar yaitu seorang perempuan yang kuat. Siti Hajar pernah ditinggal di Mekkah, kemudian Dia mengurus anaknya sendiri, di Mekkah yang tandus. Di tengah bayinya kehausan, Siti Hajar tidak meratapi nasib. Dia berjuang sampai titik darah penghabisan.
“Itulah sejatinya seorang ibu. Siti Hajar tau tidak ada apa-apa di Mekkah ini tapi beliau berjuang sampai titik darah penghabisan. Beliau lari dari bukit shoffa. Walaupun beliau tahu susah. Sampai Allah takdirkan air itu ada di bawah kaki Ismail,” tuturnya.
Maka, sambungnya, begitulah seorang ibu. Berjuanglah untuk keluarga. Kita mau bawa anak kita ke surga Allah SWT, pastikan Anda menjadi ibu yang hebat,” Jelasnya.
Kisah-Kisah Nyata
Oki menguatkan hal di atas dengan kisah-kisah nyata yang ditemuinya di sekelilingnya. Menurutnya banyak ibu yang single fighter, orangtua dari santri Maskanul Huffadz yang di antaranya bekerja sebagai pedagang keliling tapi anak-anaknya hafal Quran, lulus S1 bahkan S2.
“Seorang perempuan sholehah insyaAllah paham bagaimana membawa anak-anaknya ke gerbang kesuksesan,” terangya.
Kunci kedua Nabi Ibrahim dalam mendidik anak adalah doa. Hal ini sebagaimana tertuang dalam surat ash shaffat ayat 100, Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh.
Nabi Ibrahim mengajarkan doa, robbiy habliy minasssholihin. Artinya kalau kita ingin membawa anak kita menjadi anak yang hebat dunia dan akhirat. Maka jangan lupakan doa. Hati-hati, perkataan juga adalah doa.
“Maka kita nggak boleh melabeli anak-anak kita dengan perkataan yang buruk,” paparnya.
Dia mencontohkan kisah Imam As-Sudais yang saat ini menjadi Imam Masjidil Haram. Berawal dari ketika Imam kecil tersebut menaburkan pasir di atas masakan yang sedang dihidangkan oleh ibunya untuk tamu. Namun dalam keadaan marah ibunya justru mendoakan agar anaknya tersebut menjadi imam Masjidil haram dan perkataan ibunya itu pun akhirnya menjadi kenyataan.
Dari kisah tersebut Oky mengajarkan agar kita sebagai orangtua senantiasa menggunakan panggilan yang baik kepada anak meskipun pada saat sedang marah.
“Mulut kita itu berisi doa. Kadang-kadang kita marah, tapi boleh nggak ketika marah kita mengeluarkan panggilan-panggilan yang baik. Anak Sholih, Nak, hati-hati sayang, anak Sholih, jangan Nak,” katanya.
Jadi Teladan bagi Anak
Oki menjelaskan parenting Nabi Ibrahim yang ketiga adalah menjadi teladan bagi anak-anak dan keluarganya. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat ash-Shaffat ayat 101, Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar/penyantun (Ismail). Kesabaran dan kesantunan Nabi Ismail ternyata adalah karena keteladanan yang ada pada Nabi Ibrahim sebagaimana yang tertuang dalam Q.S. Hud ayat 75, Ibrahim sungguh penyantun, lembut hati dan suka kembali (kepada Allah).
“Dalam pendidikan Nabi Ibrahim As yang ketiga adalah kita menjadi teladan bagi anak-anak dan keluarga. Teladan dalam segala hal, dalam akhlak, dalam ibadah, semuanya. Artinya mau anak-anak kita santun? Contohkan. Anak-anak lihat ibunya ngaji, anak-anak insyaAllah ikut,” jelasnya.
Parenting yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim yang keempat adalah memilih lingkungan yang baik bagi perkembangan anak-anak. Siti Hajar dalam lingkungan yang baik. Dia juga salah satu pengasuhannya adalah di Baitul Maqdis di bawah Nabi Zakariya As. Pastikan ibu-ibi untuk memilih lingkungan yang baik, dari rumahnya, sekolahnya.”
Komunikasi yang Baik
Oki mengungkapkan adapun parenting Nabi Ibrahim yang kelima adalah berkomunikasi yang benar kepada anak-anak.
“Pastikan cara berkomunikasi kita sudah betul ke anak-anak kita,” ujarnya.
Dia menukil surat ash-Shaffat ayat 102, Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.
“Seorang ibu yang hebat nggak pernah mengatakan pokoknya ibu yang paling tau, ikutin aja deh. Tapi yang dicontohkan Nabi Ibrahim, bagaimana pendapatmu, Nak. Kita hargai pendapat anak-anak,” terangnya.
Cintai Anak karena Allah
Oki menerangkan parenting Nabi Ibrahim yang keenam adalah mencintai anak karena Allah. Dia juga memperingatkan agar orangtua menempatkan cinta kepada anak dengan tepat, yaitu mencintai karena Allah, bukan menuruti kemauannya.
“Pastikan kita mencintai keluarga kita, anak-anak kita, mencintai karena Allah. Cinta Karena Allah, bukan menuruti kemauannya,” jelasnya.
Menurut Oki, mencintai anak karena Allah diwujudkan dengan memastikan anak-anak kokoh dalam akidah dan ibadahnya. Yaitu dimulai dengan mendisiplinkan sholat. Jika akidah dan ibadah anak kokoh,, maka orangtua tidak perlu risau dengan masa depan anak.
Mencintai anak juga telah dicontohkan oleh Rasulullah. Rasulullah bersabda, barang siapa yang tidak menyayangi maka dia tidak disayangi.
“Setiap hari ucapkan I love you nak, mama sayang, Nak. Sentuh dan ucapkan perasaan cinta itu. Rasul ketika Fatimah datang rasul berdiri menyambut anaknya. Begitu juga Fatimah ketika Rasul datang, Fatimah berdiri menyambutnya,” paparnya.
Ajak Anak Ibadah Bersama
Oki mengatakan parenting Nabi Ibrahim yang ketujuh adalah mengajak beribadah bersama-sama. Hal ini dicontohkan Nabi Ibrahim yang membangun kakbah bersama-sama dengan anaknya, Nabi Ismail.
“Ciptakan dalam keluarga waktu ibadah sama-sama. Boleh Bakda maghrib sampai isya. Di jam itu nggak ada televisi sama sekali, nggak boleh nerima telepon. Ada yang waktu beribadahnya adalah berbagi nasi di waktu Jumat,” ujarnya.
Adapun Parenting yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim yang kedelapan adalah mempersiapkan anak-anaknya menjadi pemimpin yang hebat yang diridai Allah SWT.
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.” (Surat al-Baqarah:126)
Generasi Surga
Oki mengatakan orangtua yang ingin anaknya menjadi generasi surga maka wajib mempersiapkan anak-anaknya menjadi orang yang hebat. Dia mencontohkan bagaimana beliau mempersiapkan anak-anaknya untuk menjadi penghafal al-Quran.
“Maka begitulah kita dan anak-anak kita. Anak-anak gak selamanya sama kita. Manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya,” tuturnya.
Yang jelas, lanjutnya, ibundanya para ulama mempersiapkan anak-anaknya menjadi orang hebat. Gak ada waktu main-main. Anak itu berhasil karena ada kolaborasi antara orangtua dan guru,” tandasnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Muhammad Nurfatoni.