Enam Ciri Islam Berkemajuan, liputan Mahfudz Efendi kontributor PWMU.CO Gresik
PWMU.CO – Enam ciri Islam berkemajuan yang menjadi ideologi Muhammadiyah disampaikan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Drs Nur Cholis Huda MSi, Jumat (11/3/22).
Pada Pengajian pra-Ramadhan di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Gresik yang diadakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik, dia mengatakan ciri pertama adalah tauhid yang kokoh.
“Ciri tauhid yang kokoh terdapat dalam surat Ibrahim ayat 24,” ujarnya.
Di dalam Surat Ibrahim ayat 24 disampaikan Tidakkah kamu memperhatikan bagai-mana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit.
Nur Cholis Huda kemudian membagi ayat tersebut dalam 3 bagian, akarnya menghunjam sangat kokoh. Artinya, seseorang muslim itu memiliki tauhid yang kokoh, tidak percaya segala tahayul dan khurafat, jujur dan ikhlas karena yakin Allah melihat semua yang kita lakukan dan tidak goyah godaan, harta, tahta, cinta (HTA).
Bagian kedua Surat Ibrahim 24 adalah memiliki cabang dan rantingnya rimbun menjulang ke langit. “Artinya Muhammadiyah itu ibarat pohon rimbun. Setiap orang nyaman berteduh di bawahnya dan Muhammadiyah itu tenda besar yang membawa misi rahmatan lil alamin.”
Bagian ketiga adalah menghasilkan buah sepanjang waktu. Atas izin Allah sebuah pohon dapat mendatangkan buah sepanjang waktu. Ini artinya, orang Muhamamdiyah berkaya nyata, tidak tergantung cuaca dan keadaan, terus memberi untuk negeri, membangun tauhid vertikal dan horizontal yang dapat menghasilkan kesalihan ritual dan kesalihan sosial, tekun ibadahnya, tekun pula rasa kepeduliannya pada kesulitan orang lain.
“Sebagaimana pohon bambu atau pohon kelapa yang selalu memberikan manfaat di setiap bagiannya.”
Sinergi dengan Iptek
Nur Cholis Huda menjelaskan ciri Islam berkemajuan kedua adalah bersinergi dengan Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Artinya selain memiliki Ilmu yang memperluas wawaswan, juga mampu memiliki teknologi yang memudahkan pekerjaan hidup.
“Iptek bekerja sesuai dengan sunnatullah, telah memberi sumbangan besar pada kehidupan. Seorang dai harus selalu haus ilmu karena perkembangan ilmu pengetahuan cepat sekali.
Ciri ketiga adalah paham Islam secara mendalam. Dia menerangkan warga Muhammadiyah yang berideologi Islam berkemajuan harus paham pokok ajaran Islam. Dalam ibadah mengikuti keputusan Majelis Tarjih yang bersumber al-Quran dan Sunnah Nabi, dalam muamalah mengikuti petunjuk al-Quran, Sunnah Nabi, dan ilmu pengetahuan.
”Tidak gampang goyah oleh berbagai macam pendapat, apalagi di zaman sekarang ini,” tuturnya.
Fungsional dan Solutif
Nur Cholis Huda menyampaikan ciri keempat adalah beramal saleh yang fungsional dan solutif. Kegiatan yang dipilih Muhamamdiyah adalah kegiatan yang ada fungsinya. Tidak sekadar asal ada kegiatan. Tidak kegiatan hura-hura yang tidak bermakna.
“Umur manusia itu pendek, terlalu sayang jika kita habiskan untuk hal yang tidak berguna.”
Selain memilih kegiatan yang punya nilai karena berfungsi, juga memilih kegiatan yang solutif. Yaitu kegiatan yang menyelesaikan masalah, bukan justru kegiatan yang bermasalah atau menjadi sumber masalah. Menjadi pimpinan Muhammadiyah tidak boleh diam tidak bergerak. Yang bermanfaat itu hanya yang bergerak.
“Yang diam tidak bermanfaat dan malah bisa menjadi sumber penyakit,” ujarnya.
Keadaan Masa Kini
Nur Cholis Huda mengungkapkan ciri kelima adalah berorientasi saat ini dan masa depan. Dia menerangkan orang berkemajuan itu berorientasi ke masa depan sesuai keadaan masa kini, tidak terus melihat ke masa lalu.
“Sesekali boleh menengok ke masa lalu untuk mengambil pelajaran karena sejarah itu untuk diambil hikmahnya bukan sekadar untuk dikenang dan diulang-ulang. Hanya yang melihat ke depan orang dapat mencapai tujuan. Nyetir mobil harus melihat ke dapan supaya mencapai tujuan. Tidak terus-menerus menengok spion,” tegasnya.
Moderat dan Toleran
Ciri Islam kemajuan keenam adalah Islam yang moderat dan toleran. Dia menyampaikan pengertian moderat sebagai jalan tengah -wasathiyah- tidak ekstrim konvensional di satu sisi dan sisi lainnya ekstrim liberal. Dalam mengambil keputusan kita berpedoman pada bayani, burhani, dan irfani.
Terkait arti Islam yang toleran, Dia menyebutkan Muhammadiyah adalah organisasi sangat toleran, tidak pernah mengahalangi pendirian sekolah, rumah ibadah yang didirikan juga secara benar. Ataupun menduduki rumah ibadah kelompok lain, justru kita sering menjadi korban.
“Jadi toleransi adalah menghargai sikap orang lain, bukan membenarkan apalagi hanyut mengikuti pendirian itu,” tandasnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Muhammad Nurfatoni.