Peran Young Changemaker Menyongsong 100 Tahun Indonesia Emas, liputan Anis Shofatun, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Direktur Ashoka Asia Tenggara Nani Zulminami memaparkan peran young changemaker dalam menyongsong 100 Tahun Indonesia Emas pada The 3rd Summit Meeting Muhammadiyah Future School (MFS), Kamis (24/3/2022).
Ashoka merupakan lembaga global yang mempromosikan social entreprenur (kewirausahaan sosial)—yang mengidentifikasi dan mendukung individu dalam menciptakan solusi baru di bidangnya. Mulai pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Ashoka sudah beranggotakan lebih dari 100 negara di seluruh dunia.
Pada kegiatan yang diselenggarakan oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Wilayah Muhamamdiyah (PWM) Jawa Timur itu, Nani Zulminami mengawali materinya dengan menampikan gambar seorang laki-laki yang memeluk orangutan di hutan. Kemudian dia meminta peserta memberikan respon terhadap gambar tersebut.
“Apa yang Bapak-Ibu temukan dari gambar tersebut,” tanyanya
Peserta pun merespon dengan jawaban yang beragam. Ada yang menjawab sikap saling menyayangi sesama makhluk Allah, adanya interaksi komunikasi nonverbal, kepedulian orangutan, dan jawaban lainnya.
Nani lalu menyampaikan berawal dari sebuah gambar ternyata dapat menghadirkan rasa dalam seseorang menyikapi kehidupan. “Salah satunya kehidupan makhluk-makhluk yang langka di bumi ini, khususnya di Indonesia,” katanya memberikan contoh
Nani yang hadir secara virtual itu menjelaskan, dari sebuah gambar ternyata dapat mengisyaratkan berbagai pesan yang ingin disampaikan kepada manusia baik dari unsur seorang laki-laki itu atau dari orangutannya sendiri.
Berdasarkan pengalaman memimpin Ashoka yang sudah beranggota 4000 ini, Nani mengatakan seseorang yang bergerak di bidang kewirausahaa sosial mempunyai rekam jejak sejak kecil. Semakin dini diperkenalkan sejak awal maka semakin dapat membuat perubahan yang sangat pesat.
Menurutnya, setiap orang dapat berbuat dan membuat perubahan. “Dari sanalah Ashoka mempromosikan satu gerakan yakni Everyone A Changemaker yang berarti setiap orang adalah pembaharu atau pembuat perubahan,” terangnya.
Perubahan Pesat
Pendiri dan Ketua Yayasan Program Pemberdayaan Kepala Keluarga Perempuan (Pekka) ini menyampaikan saat ini dunia mengalami perubahan yang sangat pesat. Perubahan terjadi secara eksponensial seiring dengan percepatan pertumbuhan teknologi.
“Dulu dari mesin printing ke teleskop itu membutuhkan waktu 1-2 tahun. Sekarang 3G ke 4G hanya dalam waktu bulanan,” jelaskan kepada 160 peserta yang hadir dari unsur kepala sekolah Muhammadiyah Future School dan Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) se-Jawa Timur itu.
Perubahan secara eksponensial ini juga ditandai oleh berbagai fakta di antaranya perubahan sistem ekonomi global. Seperti keberadaan perusahaan-perusahaan besar yang tidak lagi harus memiliki gedung pencakar langit. Perusahaan taksi yang tidak lagi memiliki kendaraan sendiri. Termasuk dunia media yang sudah tidak lagi menciptakan kontennya sendiri.
Pada kegiatan yang di selenggarakan di Aula Mas Mansur lantai 3 Gedung Muhammadiyah Jawa Timur itu, Nani mengajak para peserta untuk mencermati fenomena kesenjangan sosial yang berkembang di masyarakat. Seperti kehidupan para youtuber yang bisa begitu suksesnya dalam sehari bisa menghasilkan miliaran rupiah. Sementara orang lain untuk makan sehari saja sulit.
Magister lulusan North Carolina State University ini menyampaikan perubahan-perubahan yang terjadi ini telah dialami setiap orang tapi mungkin sebetulnya tidak merasakanya. Bahkan banyak orang belum berpikir bagaimana untuk mengatasi perubahan teknologi pada era saat ini dan masa mendatang.
Perubahan zaman ini juga ditandai dengan peningkatnya partisipasi masyarakat mulai diri sendiri hingga gerakan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Antusiasme masyarakat dalam kontribusi mengatasi limbah rumah tangga, pemanasan global, dan lain sebagainya.
Dan menurutnya, hal yang perlu pula diantisipasi adalah bagaimana mengelola limbah elektronik yang ada disekitar kehidupan manusia.
“Kita tidak menyadari keberadaan sampah tidak hanya organik dan anorganik, tapi ternyata ada yang lebih berbahaya lagi yang berbahan elektronik yang mungkin selama ini kita abaikan,” jelasnya.
“Seperti barang-barang bekas kabel, lampu, charger, HP dan lainnya. Ternyata itu menjadi sumber racunnya alam, sehingga penting menggagas ekosistem sosial yang peka terhadap pengelolaan sampah elektronik ini,” lanjutnya memberikan contoh
Nani menilai kemajuan saat ini mengakibatkan kesenjangan sosial yang semakin dalam dan melemahnya keterikatan sosial di masyarakat. Baru-baru ini World of Life Quality Index melaporkan, saat ini kesenjangan sosial semakin lebar di mana 10 persen orang terkaya di dunia menguasai 78 persen kekayaan dunia. Sementara 10 persen penduduk dunia hanya mendapatkan kurang dari 2 persen kekayaan dunia.
“Dan adanya pandemi Covid-19 ini semakin memperlebar kesenjangan itu, sehingga Ashoka memiliki perhatian dan mengajak bagaimana setiap orang dapat menikmati kesejahteraan,” paparnya
“Ashoka mengajak banyak pihak untuk menghadapi era saat ini melalui program Everyone a Changemaker. Siapapun dengan profesi apapun punya pemikiran perubahan,” imbuhnya
Nani mengimbau agar semua elemen masyarakat untuk tidak sekadar menjadi manusia yang mengikuti kemajuan zaman. Tapi, memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap hilangnya nilai-nilai kemanusiaanya dalam kehidupan abad 21 ini.
“Mari bukan sekadar mengikuti kemajuan zaman dan abai dengan hilangnya nilai kemanusiaan. Atau jangan takluk dengan sistem yang hanya dikuasai oleh segelintir orang,” imbaunya.
Baca sambungan di halaman 2: Empat Indikator Inovator