PWMU.CO – Bedah Kitab Talim Mutaallim disampaikan oleh Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) dalam acara Public Hearing yang digelar oleh Program Studi S1 Ekonomi Syariah pada hari Selasa (29/3/2022) di Aula Umla.
Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin Prodi S1 Ekonomi Syariah setiap satu semester sekali.
Turut hadir Wakil Rektor III M Bakri Priyodwi Atmaji, Kepala Program Studi (Prodi) Ekonomi Syariah Elvina Assadam, Dosen Ekonomi Syariah, serta mahasiswa semester II dan IV Ekonomi Syariah.
Siapkan Mujahid Bidang Ekonomi
Wakil Rektor III Umla, Bakri Priyodwi Atmaji sangat mengapresiasi setinggi-tingginya atas acara yang digelar oleh Prodi Ekonomi Syariah Umla.
“Ini bagian dari menyiapkan mujahid dan mujahidah di bidang ekonomi. Semoga Allah berkahi dalam menuntut ilmu ini,” ungkapnya.
Walaupun jumlah mahasiswa yang tergabung di Ekonomi Syariah Umla semester II dan IV jumlahnya baru 24, namun dia berpesan agar jangan menganggap jumlah yang kecil itu sebagai sesuatu yang lemah.
“Karena kalian ini adalah generasi pertama Prodi Ekonomi Syariah, terutama yang semester IV, itu tentu akan mendapatkan nilai lebih,” katanya.
“Empat sampai sepuluh tahun yang akan datang kita tidak bisa membayangkan seperti apa Prodi Ekonomi Syariah ke depan. Namun kalian adalah salah satu perintis prodi Ekonomi Syariah Umla ini,” tuturnya.
Dia mengatakan, jika nantinya Prodi Ekonomi Syariah menjadi prodi terbaik dari prodi yang lain yang ada di Umla, tentu yang mendapat nilai plus adalah para mahasiswa saat ini yang menjadi pengawal, karena Prodi ini baru berdiri pada Tahun 2020 lalu.
Pak Bakri sapaan akrabnya menambahkan, hidup itu harus penuh optimis bahwa esok pasti sukses.
“Yang penting, sekarang bagaimana kalian itu harus yakin. Bahwa Prodi yang kamu jalani saat ini adalah prodi terbaik, dan pilihan yang terbaik. Maka harus yakin,” tandasnya.
Dia pun menambahkan, di sinilah nanti selain belajar terkait ekonomi, mahasiswa juga akan belajar definisi ekonomi syariah dan cara mengaplikasikannya.
“Kesuksesan ada pada diri kalian masing-masing. Karena sukses tidak melihat asal mana kalian tinggal dan lulus. Maka semangat lah,” pesannya.
Bedah Kitab Talim Mutaalim
Selain berpesan agar mahasiswa selalu semangat dalam berkuliah, Bakri juga membedah Kitab Talim Mutaallim, bahwa seseorang tidak akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat kecuali dengan enam syarat.
Pertama, Dzaka’in, yang berarti cerdas.
“Guru ngaji saya mengatakan, setiap orang itu cerdas. Pepatah juga mengatakan, tidak ada orang bodoh, yang ada hanya orang yang malas, sehingga saya yakin setiap orang pasti memiliki syarat pertama ini,” katanya.
Kedua, Khirsin yang berarti semangat.
Bakir mengatakan, seseorang tidak akan mendapatkan ilmu jikatidak semangat.
“Kalian harus memiliki semangat dalam berkuliah atau sekolah atau ngaji ini. Karena inti dari kata khirsin tersebut adalah semangat belajar. Jika kalian semangat, teman-teman kalian juga pasti akan semangat,” paparnya.
Selain itu, kata Bakri, khirsin juga memiliki arti bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.
Ketiga, Istikbarin yaitu yang berarti sabar. Seorang pembelajar harus sabar dalam menuntut ilmu.
“Ketika kalian menuntut ilmu, kalian pasti mendapatkan berbagai macam cobaan dan mendapatkan berbagai macam permasalahan. Namun Allah tidak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan hambaNya. Jadi, bersabarlah dalam menuntut ilmu,” pesannya.
Keempat, Bulghotin (ono sangu) yang berarti ada biaya atau modal. Pepatah mengatakan uang bukan segalanya tetapi segalanya membutuhkan uang.
“Ada orang mengatakan, buang air aja harus bayar, sehingga tidak ada suatu hal yang gratis. Menuntut ilmu pun harus membutuhkan modal. Biaya yang dimaksud adalah biaya dalam arti luas,” katanya.
Menurut Bakri, meskipun menuntut ilmu membutuhkan biaya, namun mahasiswa bisa meminimalisasi biaya yang digunakan.
“Misalnya dengan puasa senin kamis, meminjam buku di perpustakaan, sehingga tidak harus membeli buku, dan hal-hal yang tidak membutuhkan banyak biaya,” terangnya.
Menghormati Guru
Kelima, Irsyadi ustadzin (piwulange guru) yang berarti petunjuk guru. Syarat kelima adalah ada petunjuk guru. Ada pepatah mengatakan, barang siapa belajar tanpa guru maka gurunya adalah syetan.
“Menuntut ilmu harus membutuhkan guru yang mengajari. Jika kalian belajar sendiri, kalian bisa sesat,” katanya.
Selain itu, kata Bakri, adab menuntut ilmu salah satunya harus menghormati guru. Meskipun guru kita galak dan banyak sifat guru kita yang tidak kita suka, kita tetap harus menghormatinya. Karena ilmu tidak akan bermanfaat jika tidak menghormati dan menghargai guru.
Keenam Tuli zamani (suwe mangsane) yang berarti waktu yang lama.
“Menuntut ilmu itu membutuhkan waktu yang lama. Tidak ada ilmu yang didapat secara instan. Sesuatu yang instan itu tidak baik. Imam Syafii pernah mengatakan, setiap bertambah ilmuku, maka semakin bertambah aku tahu akan kebodohanku,” ujarnya.
“Jadi, semakin lama kalian menuntut ilmu, semakin kalian tahu bahwa banyak yang belum kalian ketahui,” pungkas Bakir. (*)
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni