PWMU.CO– Alasan Muhammadiyah menggunakan hisab dalam penentuan kalender ibadah dikupas dalam Kajian Jelang Ramadhan SMA Muhammadiyah 2 Pucang Surabaya, Jumat (1/4/2022).
Hadir sebagai pembicara di kajian Smamda Surabaya ini Dr Drs H Sriyatin Shodiq SH MAg MH, pakar ilmu falak yang memberikan paparan mengenai Hisab dan Iptek Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Dia menjelaskan orang yang pertama kali mengungkap alasan Muhammadiyah menggunakan hisab dalam penentuan kalender ibadah adalah H. Djarnawi Hadikusuma. Lalu Prof Dr H. Syamsul Anwar. Dasarnya secara syar’i dan astronomi.
Dia mengungkapkan alasan pertama, semangat al-Quran adalah penggunaan hisab. Kedua, alasan astronomi. Dengan rukyat umat Islam tidak bisa membuat kalender.
Ketiga, rukyat tidak dapat menyatukan awal bulan Islam secara global. Sebaliknya rukyat memaksa umat Islam untuk berbeda memulai awal bulan Qamariyah. Termasuk bulan-bulan ibadah.
Keempat, jangkauan rukyat terbatas. Hanya bisa diberlakukan ke arah timur sejauh maksimal 9 jam atau 10 jam.
Kelima, rukyat tidak memungkinkan orang di seluruh dunia untuk melakukan puasa Arafah pada hari yang sama. Alasan lain, hisab lebih memberikan kepastian dan bisa menghitung tanggal jauh hari ke depan.
”Hisab juga mempunyai peluang dapat menyatukan kalender yang tidak mungkin dilakukan dengan rukyat,” tandas Sriyatin Shodiq.
Sriyatin mengingatkan berdasarkan Keputusan Konferensi Pakar II yang diselenggarakan oleh ISESCO tahun 2008 telah ditegaskan bahwa mustahil menyatukan sistem penanggalan umat Islam kecuali dengan menggunakan hisab.
”Rukyat mempunyai problem, seperti tidak dapat memastikan tanggal ke depan. Karena tanggal baru bisa diketahui melalui rukyat pada H-1. Rukyat tidak dapat menyatukan tanggal termasuk hari puasa,” tegasnya.
Tiga Bulan Penting
Sebelumnya dia waktu berubah sesuai dengan perkembangan dan kemampuan manusia.
”Al-Quran menjelaskan dalam satu tahun terdapat 12 bulan. Seperti dalam Quran surat at-Taubah (9) ayat 36,” ujarnya.
Umat Islam sangat berkepentingan menyusun dan menetapkan dua belas bulan itu untuk kepentingan ibadah dan kegiatan lainnya. Utamanya penentuan awal bulan Muharam, Syakban, Ramadhan, Syawal dan Zulhijah.
”Ada tiga bulan penting, yaitu Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah. Ketiga bulan ini merupakan bulan ibadah puasa dan haji,” ungkapnya.
Penentuan awal bulan Islam yang selalu dikaitkan dengan metode hisab dan rukyat. ”Hisab merupakan perhitungan benda-benda lain yang ada, terbatas pada posisinya saja sebagai akibat dari gerakannya. Rukyat adalah melihat hilal dengan mata atau menggunakan alat pada saat matahari terbenam pada tanggal 29 bulan Qamariah,” jelasnya. (*)
Penulis Fibrina Aquatika Editor Sugeng Purwanto