Empat Tips Prof Abdul Mu’ti Hadapi Tantangan Politik Kekuasaan, Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd membagikan empat tips saat menjawab pertanyaan dari Kusno—Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Jember—tentang bagaimana menghadapi tantangan dakwah terkait politik kekuasaan.
Hal ini terungkap pada sesi diskusi Kajian Ramadhan 1443 Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur yang berlangsung di lantai 12 at-Tauhid Tower Universitas Muhammadiyah Surabaya, Ahad (3/4/22) siang.
Menurut Prof Mu’ti, jika sang pemenang mengambil alih kekuasaan, maka bisa terjadi kesewenangan. “Mumpung menang, menang-menangan. Mumpung kalah, diiyek-iyek,” ungkapnya.
Doa dan Melawan
Maka, Prof Mu’ti menganjurkan untuk berdoa ketika dizalimi. “Wis diiyek-iyek, meneng wae. Menurut saya kalau diiyek-iyek ya melawan! Jangan diam saja. Tapi melawan dengan cara-cara Muhammadiyah,” tuturnya. Karena Muhammadiyah punya ahli hukum.
Selain itu, Prof Mu’ti menegaskan minimal berdoa. “Doa yang dikabulkan adalah doa orang yang dizalimi,” imbuhnya.
Karena doa itu tanda orang bertawakal, sedangkan tawakal adalah bagian dari ikhtiar. “Jangan dikira tawakal bagian dari kepasrahan! Ikhtiar rohaniah, bahwa seluruh usaha profesional manusia itu tak menjamin akan selamat,” ujarnya.
Prof Mu’ti menegaskan, “Makanya harus tetap ada ikhtiar spiritual. Allah mencintai orang yang bertawakal.”
Karena, dia mengingatkan, banyak hal yang bisa terjadi di luar prediksi dan kemampuan manusia. Sehingga Prof Mu’ti berpesan, jangan takabur dan sombong, tapi juga jangan ngawur.
Buka Akses
Kedua, menurutnya, kita seringkali tak mau membuka akses untuk mengetahui apa yang tetangga kita punya. “Kita merasa kecil, tidak mau berusaha nyambangi tetangga,” terangnya.
Kesannya, menurut dia, Muhammadiyah kekurangan mubaligh. Padahal ada banyak mahasiswa Fakultas Agama Islam di kampus Muhammadiyah.
“Banyak juga dari PUTM (Pendidikan Ualama Tarjih Muhammadiyah), dari kader Muallimiin, diijon (sebelum lulus sudah dipesan) saja mereka itu!” imbaunya.
Ketika mengijon, lanjutnya, harus lengkap agar bertahan lama. “Jangan hanya izin disuruh ngaji atau jadi Ustadz di situ, tapi izin bersama rumah dan tangganya. Nah itu nggak ke mana-mana, Pak!” jawab Prof Mu’ti.
Baca sambungan di halaman 2: Manfaatkan Jaringan