Siswa Smamio Sabet Juara II Lomba Debat PAVIKSA, liputan Fitri Dewi Sundari kontributor PWMU.CO Gresik
PWMU.CO – Siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 10 (Smamio) GKB Gresik M Fadel Thoriq Dharmawan berhasil meraih juara 2II dalam lomba debat PAVIKSA SMABBI 2022 (Pavitra Aksara SMA Bosowa Bina Insani) Kota Bogor yang diikuti siswa SMA se-Indonesia, Rabu-Kamis (6-7/4/22).
Fadel, panggilan sapaanya, menceritakan pengalaman berharganya mengikuti ajang lomba debat. Debat tidak hanya berkomponen pada menyuarakan isi pikiran dan meluapkan amarah kepada orang lain dengan argumen yang cukup baik.
“Debat mengarah pada penulisan argumentasi yang padat hasil pemikiran kritikal kita dengan pemahaman di dunia sekarang, atau bisa disebut juga sebagai status quo. Fakta ini tidak berbeda dengan PAVIKSA 2022, lomba yang saya ikuti pada tanggal 6 – 7 April itu,” tuturnya
Dia memaparkan debat terdiri dari 2 sesi yang terpisah. Sesi pertama adalah sesi preeliminasi, sesi untuk menentukan breaking atau ranking tim yang berpartisipasi di dalam lomba tersebut dengan mengikuti pada umumnya 3 – 4 round perdebatan.
Sesi kedua merupakan sesi eliminasi, sesi dimana setiap tim akan ditentukan partisipasi selanjutnya setelah 1 ronde kekalahan atau kemenangan.
“Kedua sesi ini dihubungkan dengan maksud untuk melihat tim yang ada dalam ranking sesi pertama yang akan maju dalam sesi kedua. PAVIKSA 2022 saat itu mengadakan 3 ronde dalam sesi pertamanya, dan menentukan 8 tim terbaik selama sesi 1.”
Perdebatan dengan Lengkap
Fadel menjelaskan sebelum acara dimulai, panitia akan menanyakan kehadiran (roll call) tim debat sehingga bisa memulai perdebatan dengan lengkap. Lalu memberikan match up untuk menentukan tim yang akan saling melawan, dan akan memberikan juri yang akan menjadi judge ruangan tim yang saling melawan beserta posisi tim dalam debat.
“Apakah afirmasi ataukah oposisi. Kemudian tema perdebatan akan di informasikan, ronde pertama kami mendapatkan tema Seni dan Minoritas dengan mosi “ewan ini percaya bahwa seni yang menggambarkan penderitaan komunitas marginal hanya boleh diproduksi oleh komunitas marginal tersebut,“ tuturnya dengan semangat
Mosi adalah tema utama yang akan diperdebatkan kedua tim. Mosi ini akan memberikan alur pikiran kedua tim yang akan berlawanan sehingga membentuk argumentasi yang bisa diperdebatkan dan memenangkan sisi tim sendiri.
Ketika 30 menit diskusi telah selesai setelah mosi diluncurkan, tim akan berdebat. Setiap orang memiliki waktu selama 7 menit 20 detik maksimal untuk berbicara dan akan diberikan waktu interupsi dari tim lawan antara menit ke-1 hingga ke-6, dan interupsi hanya bisa berlangsung selama 15 detik.
“Ronde pertama kami berlangsung lancar dan kami bisa menghasilkan argumentasi yang cukup memuaskan, setelah itu juri akan membutuhkan waktu sekitar 5-10 menit untuk memberikan deliberasi dan komen secara umum sehingga kedua tim bisa saling mengevaluasi. Kami memenangkan ronde pertama,” katanya.
Ronde kedua akan lanjut dengan jalur yang sama dengan mosi Dewan ini mendukung nasionalisasi meta incorporations. Kami juga memenangkan ronde kedua ini. Namun kami tidak seberuntung itu di ronde ketiga sehingga ketika breaking atau rilis ranking tim di sesi preeliminasi, kami menduduki ranking ke-4.
Tapi, sambungnya, kami tidak bisa putus asah begitu saja. Sesi eliminasi akan segera dimulai, besok. Pagi datang kembali di pukul 8 dan lomba akan kembali dengan sesi yang berbeda, pukul 8 roll call, match up telah dirilis dan mosipun sudah keluar,” lanjutnya dengan mata berbinar.
Menolak Transhumanisme
Fadel mengungkapkan dewan ini percaya bahwa profesional medis harus dapat memilih untuk tidak memberikan perawatan medis atas dasar agama atau ideologi-mosi semifinal. Saat itu debat menjadi pengalaman saya yang pertama bisa mencoba berpikir lebih dalam di SMP.
“Tapi saat itu saya belum secara professional dilatih, hasilnya belum bisa maksimal akhirnya. Namun setelah itu di sekolah saya yang lama ada siswa yang mengajak saya untuk mengikuti debat ini. kKebetulan saya pernah mengalami mungkin saja ini akan memberikan nuansa baru untuk debat yang sebenarnya hingga membuahkan hasil.”
Dia mengatakan banyak kesusahan waktu debat, termasuk feedback saat juri selesai mendengarkan debat kami, dan juga materi yabg sangat banyak. Tapi itu menurut saya memotivasi juga di akhir, dan membuahkan hasil.
Grand Final
Fadel menjelaskan kami memenangkan kedua sesi eliminasi di awal dan akhirnya terkualifikasi untuk masuk dalam grand final melawan tim yang juga sukses dalam berjuang di lomba debat kali ini.
“Kali ini hasil dari grand final akan langsung diumumkan pada pengumuman penghargaan lomba. Setelah waktunya kami berjuang, hasilnya mungkin kurang memuaskan untuk beberapa debaters karena sudah memasuki grand final namun tetap saja merasakan kekalahan, karena kami mendapatkan juara II.”
Namun tidak apa-apa, lanjutnya, beberapa pelajaran juga saya dapatkan dalam debat kali ini. “Saya mendapatkan relasi baru dari tim debat yang belum pernah saya berlomba bersama. Saya bisa mengasah lebih kemampuan saya agar tidak berkarat dalam lomba debat bahasa Indonesia kali ini untuk persiapan lomba debat bahasa inggris yang menjadi target saya.”
Tidak hanya itu, namun kekalahan ini juga sebagai bentuk evaluasi dalam merangkai argumentasi sekaligus berpikir lebih dalam argumen yang bisa mengalahkan lawan.
Pengalaman dan Pembelajaran
Fedel mengaku setelah mengikuti lomba ini bisa mengevaluasi konten debat beserta metode crtical thinking dalam baik bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
“Saat itu debat menjadi pengalaman saya yang pertama bisa mencoba berpikir lebih dalam saat duduk di bangku SMP, tapi saat itu saya belum secara profesional dilatih, hasilnya belum bisa maksimal,” tuturnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.