Tidak ada satu kota atau kabupaten di Indonesia yang bebas risiko bencana. Laporan Dzikrina Farah Adiba, relawan LLHPB Aisyiyah.
PWMU.CO – Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah, persiapkan dukungan aksi Peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2022 pada 26 April 2022. Peringatan tersebut diinisiasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dengan mengusung tema “Keluarga Tangguh Bencana Pilar Bangsa Menghadapi Bencana”.
Wakil Ketua LLHPB PP Aisyiyah Rahmawati Husein mengatakan, Keluarga Tangguh Bencana ini menjadi program yang sudah dicanangkan BNPB. “Diharapkan setiap keluarga bisa menjadi tangguh dan lebih siap menghadapi bencana,” ujarnya pada seluruh anggota LLHPB Aisyiyah Wilayah dan Daerah se-Indonesia, dalam acara Silaturahmi dan Sosialisasi HKB 2022 secara daring, Kamis (14/4/22).
Rahmawati juga menyampaikan, usaha membangun ketangguhan keluarga ini sejalan dengan Aisyiyah sebagai organisasi perempuan Muhammadiyah yang memiliki program Keluarga Sakinah. “Keluarga Sakinah merupakan salah satu program di Aisyiyah, di mana kita ingin menguatkan keluarga, sehingga keluarga memiliki ketangguhan dan memiliki kelentingan,” tuturnya.
Menurutnya, kelentingan artinya mampu kembali kalau sedang tertimpa dengan bencana, termasuk bencana pandemi, karena pandemi termasuk bencana non alam. “Kami berharap dengan keterlibatan dalam HKB 2022 ini, seluruh anggota LLHPB Aisyiyah se-Indonesia bisa mengambil manfaat, pelajaran, pengetahuan, dan menumbuhkan kesadaran pentingnya kesiapsiagaan bencana.” ungkap Rahmawati kepada 76 orang peserta sosialisasi di Zoom tersebut.
Di sisi lain, Hening Parlan, Pimpinan LLHPB PP Aisyiyah menyampaikan perlunya melaksanakan kesiapsiagaan bencana. Indonesia, kata dia, secara geografis mempunyai sumber daya yang melimpah.
“Namun dalam waktu bersamaan wilayah kepulauan Indonesia rentan terhadap fenomena alam geologi dan hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, cuaca ekstrim, erupsi gunung api, gempa bumi, tsunami, dan lain-lain,” Jelasnya.
Tidak Ada Satu Kota di Indonesia yang Bebas Risiko Bencana
Dia lalu memaparkan Hasil Kajian Risiko Bencana yang dihimpun dari seluruh provinsi dan daerah di Indonesia, menunjukkan bahwa tidak ada satu pun kabupaten kota yang bebas dari risiko bencana. Sedangkan menurut The World Risk Index tahun 2021, Indonesia berada pada Peringkat 38 dari 181 negara paling rentan bencana.
Dilansir dari Pusdatinkomben BNPB, dalam kurun waktu 20 tahun bencana alam di Indonesia (2001-2020), terdapat 33.412 total kejadian bencana, dengan total 191.529 korban jiwa. “Adapun seorang ilmuwan kebencanaan, Rajib Shaw, 2012, menyatakan bahwa menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Pemerintah Kobe City, 97 persen dari orang-orang yang diselamatkan dari gempa bumi Hanshin-Awaji menjawab, jika mereka diselamatkan oleh anggota keluarga mereka atau tetangga, atau menyelamatkan diri, sementara petugas penyelamat mengalami kesulitan untuk menjangkau mereka,” paparnya.
Maka dari itu, lanjut dia, kesiapsiagaan bencana perlu dibangun dari awal sejak dini, dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga. “Maka dari itu, Bunda-bunda Aisyiyah bisa melaksanakan latihan kesiapsiagaan bencana, baik bersama keluarga di rumah maupun dengan komunitas Aisyiyah-Muhammadiyah di Wilayah atau Daerahnya,” ajaknya.
Di Aisyiyah, sambungya, kita bisa melaksanakan sosialisasi melalui sosial media dan jejaring kita, maupun latihan evakuasi mandiri di kantor Amal Usaha Muhammadiyah/Aisyiyah (AUM/A). “Juga di masjid, sekolah, maupun komunitas, misalnya jamaah pengajian ataupun yang lainnya,” terangnya.
Ragam Latih Kesiapsiagaan Bencana
Sementara Direktur Kesiapsiagaan BNPB Pangarso Suryotomo mengungkapkan, semangat perempuan dan ibu-ibu adalah semangat melindungi. “Kami dari BNPB mendorong Bunda-Bunda Aisyiyah untuk terlibat. Kami yakin, semangat Bunda-Bunda bisa mewarnai HKB tahun ini, karena kami sadar betul bahwa kekuatan perempuan adalah suatu kekuatan yang luar biasa karena mandat ataupun kewajiban perempuan adalah melindungi, perempuan adalah salah satu pilar akan ketangguhan bangsa,” kata dia.
Papang, sapaan akrabnya, memberikan contoh ragam latih kesiapsiagaan bencana bersama komunitas jamaah. “Latihan tidak harus apel dulu, cukup dilaksanakan di lingkungan atau komunitasnya masing-masing. Sebagai contoh, Bunda-Bunda Aisyiyah bisa melakukan simulasi yang cukup sederhana, pada saat pengajian, kalau di daerahnya memiliki ancaman bencana gempa, maka mari kita simulasi evakuasi sebentar, 5-10 menit, bagaimana cara menyelamatkan diri atau melakukan evakuasi di tengah acara pengajian saat gempa terjadi,” terangnya.
Latihan evakuasi juga dapat dilaksanakan saat penyelenggaraan ibadah shalat. Misalnya, tahu-tahu ketika sedang shalat terjadi gempa, apa yang harus kita lakukan. Tanpa mengurangi rasa khusyuk kita dalam menjalankan ibadah shalat.
Menurutnya, kalau tidak mampu mengadakan pelatihan, Aisyiyah bisa mengadakan sosialisasi. “Menyepakati jalur evakuasi, mengadakan edukasi atau sosialisasi, baik di lingkungan komunitasnya maupun melalui media sosial, sehingga membuat ibu-ibu tahu apa itu HKB, itu sudah bagian dari membangun budaya sadar akan kesiapsiagaan bencana,” pungkasnya.
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.