Muhammadiyah Tak Perlu Menggembar-gemborkan Toleransi, karena Sudah Mempraktikkan, liputan Mohamad Su’ud, kontrinutor PWMU.CO Lamongan.
PWMU.CO – Tidak semua tren kita tiru. Di ujung penghidupan keahlian dan kontribusi yang lebih dibutuhkan. Muhammadiyah tidak tertarik pemikiran yang tidak bisa dilakukan.
Demikian paparan yang disampaikan oleh Dr Phil Ahmad Norma Permata MA Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2015-2022, dalam acara Baitul Arqom yang diikuti oleh Pimpinan Cabang istimewa Muhammadiyah (PCIM) sedunia, Ahad, (17/4/2022).
Acara yang digelar melalui Zoom ini mengambil tema Penguatan Kelembagaan, Amal Usaha, dan Internasionalisasi Dakwah dan Pemikiran Muhammadiyah.
“Bicara toleransi dan persaudaraan, Muhammadiyah sudah memiliki MDMC, Lazismu, majelis-majelis. Semua orientasinya menolong orang,” tandas dosen Sosiologi, UIN Yogyakarta, ini.
Bukti Konkret
Norma memberikan bukti konkret, semisal Universitas Muhammadiyah Kupang yang 70 persen mahasiswanya Katolik. Dosenya juga banyak yang Katolik. “Jadi, kita tidak pernah menggembar-gemborkan toleransi. Sebagai bahan diskusi boleh (tapi yang penting praktiknya),” tegasnya.
Menurut Norma, kita tidak perlu tergiur dengan pemikiran lain. Yang sudah ada sudah cukup, tinggal mengaktualisasikan. “Konsep Darul Ahdi wa Syahadah, sudah tersedia, tinggal mengaktualkan ke dalam nilai Islam. Tidak lagi mempertanyakan, negara kita bentuk apa,” papar doktor Westfalische Wilhelms Universitat Muster, ini.
Norma juga mengingatkan bahwa Muhammadiyah sudah melakukan, bukan sekedar apa yang dipahami. “Bukan hanya gagasan, tapi apa yang sudah diijalankan dan diprogramkan Muhammadiyah,” ungkap lulusan S1 Universitas Muhammadiyah Surakarta, ini.
Di bagian lain, norma menyinggung tentang konsep pendidikan Muhammadiyah, bahwa selama ini Muhammadiyah menyelenggarakan gerakan sekolahan, untuk memutus nisbat dari orang tua kepada keahliannya. “Muhammadiyah dengan adanya sekolahan, anak bisa mengembangkan keahliannya, bukan ikut pekerjaan orangtua,” tambahnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni