Siswa Spemluh Berbagi Takjil Makanan Khas Ponorogo, liputan Deni Muriawan kontributor PWMU.CO
PWMU.CO – SMP Muhammadiyah 10 Surabaya (Spemluh) melaksanakan kegiatan berbagi takjil di sekitar Perguruan Muhammadiyah Sutorejo, Kamis (14/4/22).
Waka Humas Spemluh Anis Kurnia Rahmawati mengatakan pembagian takjil merupakan wujud kepedulian bersama kepada saudara kita khususnya kaum muslimin yang melaksanakan ibadah puasa. Takjil dibagikan secara cuma-cuma atau gratis kepada pengendara motor dan mobil.
“Menariknya lagi dalam pembagian takjil tersebut beberapa siswa SMP Muhammadiyah 10 Surabaya mengenakan kostum ala warok, yakni busana khas para pemain Reog Ponorogo,” ujarnya.
Dia memaparkan beragam cara untuk mendukung Indonesia agar memperjuangkan kesenian Reog Ponorogo menjadi warisan budaya dunia nonbenda di UNESCO.
Pengakuan resmi UNESCO diharapkan bisa mengukuhkan identitas Reog asli Ponorogo Indonesia, bukan dari negera lain yang berupaya mengklaim kesenian tersebut.
Kostum Reog Ponorogo
Anis Kurnia Rahmawati menjelaskan tujuan dari berbagi takjil dengan mengenakan kostum Reog Ponorogo yaitu dapat memunculkan solidaritas bersama dan dukungan moral masyarakat kepada upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo, Pemerintah Provinsi (Pemprov), dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
“Harapannya muncul pengakuan UNESCO bahwa kesenian Reog Ponorogo merupakan warisan budaya dunia nonbenda asal Indonesia,” katanya.
Guru Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) Spemluh mengatakan semoga melalui kegiatan tersebut siswa Spemluh dapat merasakan perjuangan untuk mempertahankan budaya Indonesia, salah satunya ialah Reog Ponorogo. Jadi supaya siswa bisa tahu mempertahankan budaya dan bisa ke UNESCO, serta pemerintah Indonesia juga mendukung terlaksananya kesenian Reog Ponorogo.
Daerah Ponorogo
Anis Kurnia Rahmawati menyampaikan terkait pelaksanaan pembagian takjil pada Kamis (14/4/22) anak-anak bisa berbagi takjil ke masyarakat. Mereka juga bisa mengenalkan ciri khas dari daerah Ponorogo yaitu mulai dari makanannya sampai dengan baju Reog Ponorogonya.
“Keduanya khasanah budaya Indonesia yang patut dibanggakan. Kegiatan tersebut juga salah satunya mendukung Indonesia agar supaya kebudayaan yang dimiliki Ponorogo menjadi budaya Indonesia yang bisa dibanggakan di dunia melalui lembaga UNESCO,” tuturnya.
Dengan menggunakan pakaian adat, sambungnya, anak-anak sudah ikut sumbangsih dalam melestarikan budaya Indonesia khususnya kebudayaan berasal dari daerah Ponorogo dan sudah ikut memperkuat bahwa Reog adalah budaya Indonesia yg berasal dari daerah Ponorogo. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.