Ada Grafiknya, Orang Hidup Kadang di Atas Kadang di Bawah, liputan Heri Siswanto kontributor PWMU.CO Gresik
PWMU.CO – Orang hidup ada grafiknya. Ada kalanya dipuncak dan ada kalanya turun. Bersyukurlah saat ada di puncak dan paling mudah dengan ucapan Alhamdulillah. Hal ini disampaikan Drs Achmad Anas dalam Kajian Ahad Pagi Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Wringinanom, Ahad (10/4/22).
Bertempat di halaman SD Muhammadiyah 1 Wringinanom (SD Muwri), dia menyampaikan hidup manusia ada grafiknya dan tidak bisa dilawan, itu sunnatullah. Dari lemah dijadikan kuat, kemudain dijadikan lemah kembali.
“Dalam Surat ar-Rum ayat 54 yang artinya Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban.”
Dia memaparkan mangkane wong seng uwanen gak usah disemir, iku ngunu walas asihe Allah. Kita dididik agar ikhlas menerima takdir-Nya.
“Ibu-ibu yang usianya di atas lima puluh tahun pasti muncul kerut-kerutnya, wes gak usah gliwing,” candanya disambut tawa jamaah yang hadir.
Selagi Hidup Berinfaklah
Achmad Anas menjelaskan pentingnya beribadah selagi masih ada kesempatan. Dia menyitir firman Allah dalam Surat al-Munafiqun ayat 10 yang memuat tentang perintah infak.
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu,” katanya.
Ayat ini menjelaskan bahwa momentum bersedekah adalah ketika masih hidup. Infak itu adalah perbuatan melepaskan sesuatu yang sebelumnya dianggap sebagai miliknya. Inti amalan infak, sedekah, zakat adalah ngeculno, ngeculno dan ngeculno (melepas). Untuk mendidik, ketika tiba waktunya maut datang sudah siap.
Ketika melaksanakan perintah Allah, seperti hendak infak pasti ada pertarungan batin. Itulah seninya ibadah. “Begitu juga ketika melakukan shalat, secara dhohir pasti capek. Jadi salah kalau ada orang menyalahkan orang lain yang shalat tapi sambatan pegel! Itulah seninya ibadah.
Lulusan IAIN Sunan Ampel itu kemudian menganalogikan, ketika seseorang sangat suka makan rawon, maka ketika bertamu dan di suguhi rawon pasti senang. Bagaimanapun juga ketika disuguhi selain rawon akan tetap dimakan.
“Masi rodok mungkuk tetep dipangan (meski ingin muntah tetap dimakan). Begitu pula dalam beribadah.”
Jadikan Rasulullah teladan
Ketua KUA Kecamatan Jetis itu mengisahkan bahwa Nabi pernah menangis ketika mendengar Ibnu Masud membaca Surat an-Nisa ayat 44. Kemudian Ibnu Masud bertanya, “Mengapa engkau menangis ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Ayat itu menceritakan bahwa besok di akhirat aku dihadirkan di dapan umatku dan dari mereka ada tandanya.”
“Aku semendal (aku sedih), di dunia ada orang yang mengaku umatku, tapi sekarang dia tidak ada di hadapanku,” dia mengisahkan.
Dia menuturkan yang mengaku umat Rasulullah harus mengikutinya agar kelak dihadirkan bersamanya. “Karena itulah Beliau dijadikan sebagai suritauladan,” tambahnya.
Ibadah Ikhlas
Achmad Anas mengatakan ikhlas bukan sesuatu yang perlu didiskusikan terlalu panjang, dinikmati saja dalam ibadah. Dia berpesan ketika sedang ibadah dalam Ramadhan, hindari berdebat, seperti tentang ketentuan awal Ramadhan.
“Juga tentang apakah sikat gigi bisa membatalkan puasa karena setelah sikat gigi di mulut seperti masih ada air. Jika merasa masih ada air idokno,” dia ulang tiga kali yang disambut tawa para jamaah.
Juga tentang dibukanya pintu surga ketika bulan Ramadhan. Ada orang berkata “Bukannya pintu surga itu dibuka nanti?” ungkapnya.
Dia menjelaskan dibukanya pintu surga memberi peluang bagi siapapun untuk memasukinya dengan memperbanyak ibadah. “Akhlak manusia itu melakukan perintahnya, gak usah diperdebatkan,” tegasnya.
Begitu pula dengan ditutupnya pintu neraka, memberikan gambaran bahwa ada sesuatu di dalamnya yang tidak semestinya dimasuki dan merasakannya.
Dia mencontohkan, jika kabar ada warung yang menjual bakso dengan harga seribu, maka ada yang percaya, tidak percaya dan ragu-ragu. Begitu itu juga dengan Islam.
“Seperti pahala shalat subuh berjamaah diawali dua rakaat qobliyah subuh nilainya lebih dari dunia dan isinya, akan ada orang yang percaya dan tidak. Maka orang yang yakin pasti mengerjakan,” tuturnya.
Kebanyakan orang beralasan tidak bisa menjalankan perintah tersebut karena mengantuk. Itulah orang yang terpengaruh godaan setan,” sambungnya.
Ketika mengetahui terpengaruh godaan setan, segera membaca taawudz. “A’udzu billahis samii ‘il ‘aliimi minas syaitonir rojiimi min hamzihi wa nafkhihi wa nafstihi.” (Aku berlindung kepada Allah dari gangguan setan yang terkutuk, tikamannya, tiupannya, dan rayuannya).
Selain itu, firman Allah dalam Surat al-Araf ayat 201 menjelaskan jika dibayang-bayangi pikiran jahat dari setan segeralah berdzikir. “Ingat, setan itu menikam dari belakang,” tandasnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.