Cegukanku tiga hari tanpa henti ternyata gara-gara ini. Pengalaman Rozzaqul Hasan, kontributor PWMU.CO asal Pasuruan yang patut jadi renungan.
PWMU.CO – Sore menjelang buka puasa Ramadhan (17/4/22), tiba-tiba saya teringat pengalaman sakit di bulan Februari lalu. Sakit yang membuat saya tidak bisa beristirahat. Bicara tersendat kesakitan. Membuat setiap lawan bicara jadi prihatin. Cegukan adalah penyakitnya. Saya sebut penyakit, karena mengalaminya selama tiga hari. Tak kunjung reda.
Kejadiannya bermula di pagi hari setelah shalat subuh. Pada jam tahfidh bersama santri kelas VII Sekolah Pesantren Entrepreneur Al Maun Muhammadiyah (SPEAM). Saat sedang menyimak hafalan santri cegukan ini muncul. Mengganggu konsentrasi menyimak.
Tidak tahan dengan cegukan ini. Saya meminta Rayhan Arya, santri asal Singosari untuk mengambilkan air mineral. Segelas air dari meja tamu di kantor pimpinan. Letaknya bersebelahan dengan ruang tempat tahfidh santri.
Kegiatan menyimak tetap berlanjut sambil minum beberapa teguk. Cegukan tidak juga mereda meskipun air di gelas sudah habis. Tapi saya masih meyakinkan diri, paling nanti juga berhenti sendiri. Dan aktifitas rutin pun saya jalani seperti biasa. Namun dengan menambah porsi minum.
Hingga malam cegukan masih mendera. Keesokan harinya saya mulai mencari informasi di internet cara menghilangkan cegukan. Tidak semua alamat website saya kunjungi. Hanya website dengan branding kesehatan saja.
Saya mendapatkan belasan cara mengatasi cegukan. Beberapa saya ikuti tapi cegukan tetap tidak berhenti. Cegukan semakin parah. Saya hitung tiap 5-6 detik cegukan ini muncul. Area ulu hati dan dada terasa sakit ketika cegukan.
Cegukanku Tiga Hari
Hari ketiga saya periksakan ke dokter. Sore hari setelah shalat maghrib, saya berangkat ke Klinik Al-Maunah, Kota Pasuruan. Jaraknya sekitar tiga kilometer dari Pesantren Speam Putra. Dapat antrian nomor 32.
Lama menunggu panggilan di kursi tunggu, baru pukul 21.00 saya dipanggil masuk. Diterima oleh dokter laki-laki. Saya sampaikan, saya cegukan sudah tiga hari tidak tahu apa sebabnya. Dia meminta saya berbaring di atas tempat tidur. Dipasangnya stetoskop lalu ditempelkannya di area dada dan perut saya.
Usai diperiksa, dokter tersebut menyampaikan, jika asam lambung saya naik tinggi. Kemudian saya diberi obat. “Setelah ini langsung diminum ya. Kalau cegukannya tidak berhenti, jangan menunggu satu hari. Besok pagi kembali lagi ke sini untuk injeksi,” ujarnya.
Sebelum pamit, saya bertanya apa penyebab asam lambung tersebut naik. “Bisa karena sering telat makan, capek kurang istirahat, atau stres banyak pikiran,” jawabnya.
Mendengar jawaban dokter saya merasa ketiga sebab itu sering saya alami. Akhirnya saya pamit pulang lalu minum obat dan cegukan pun berhenti. Malam itu saya bisa tidur nyenyak. Obat dari dokter saya minum sampai habis dalam beberapa hari. Cegukan tidak kambuh lagi.
Saya baru tahu kalau cegukan yang tidak kunjung berhenti dikarenakan naiknya asam lambung. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.