Mengenal Capaian Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka, oleh Ria Pusvita Sari MPd, Kepala SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik dan Pelatih Ahli Program Sekolah Penggerak Angkatan I.
PWMU.CO – Pembelajaran ibarat sebuah perjalanan. Bukan sebuah perlombaan balap. Hal yang terpenting dalam sebuah perjalanan adalah tujuannya. Tanpa tujuan, kita hanya buang-buang waktu dan biaya.
Jika sebuah tujuan jelas dan penting bagi hidup kita, pastilah kita akan mencari dan menggunakan berbagai macam cara untuk mencapainya, seberapapun lamanya, seberapapun menantangnya.
Capaian Pembelajaran (CP) merupakan tujuan akhir di setiap fase pembelajaran siswa. CP adalah kompetensi minimum yang harus dicapai peserta didik untuk setiap mata pelajaran. CP dirancang dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi.
CP dimulai dari Fase Fondasi pada PAUD. Untuk pendidikan dasar dan menengah, CP disusun untuk setiap mata pelajaran.
Artikel Terkait Baca: Enam Aspek Pemahaman dalam Capaian Pembelajaran Kurikulum Merdeka
Bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual dapat menggunakan CP pendidikan khusus. Peserta didik berkebutuhan khusus tanpa hambatan intelektual menggunakan CP reguler dengan menerapkan prinsip modifikasi kurikulum. Untuk CP Diksus, penentuan fase CP untuk siswa berdasarkan pada hasil Asesmen Diagnostik. Sangat mungkin sekali, di sebuah kelas terdapat perbedaan CP yang digunakan.
CP dan Strategi Mencapai CP Menggunakan Kerangka Kerja Understanding by Design
Understanding by Design merupakan sebuah kerangka kerja dengan fokus pada proses perencanaan dan struktur yang memandu pengembangan kurikulum, asesmen, dan instruksi pembelajaran.
Proses perencanaan ini fokus pada dua hal. Pertama, pengajaran dan asesmen untuk membangun pemahaman dan kemampuan learning transfer (kemampuan mengimplementasikan hasil belajar dalam sebuah performa otentik).
Jika dianalogikan dengan sebuah perjalanan berkendara, Capaian Pembelajaran memberikan tujuan umum dan ketersediaan waktu untuk mencapainya (fase).
Kedua, merancang kurikulum “terbalik” (backward), dengan mulai dari tujuan akhirnya tersebut dahulu. Backward design melibatkan tiga tahap perencanaan.
Pertama, identifikasi hasil yang diinginkan. Kedua, menentukan bukti-bukti yang dapat diterima. Ketiga, merencanakan pengalaman belajar dan instruksi.
Jika dianalogikan dengan sebuah perjalanan berkendara, CP memberikan tujuan umum dan ketersediaan waktu untuk mencapainya (fase). Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap pengemudi memiliki kebebasan untuk memilih jalur, cara, dan alat untuk menempuh perjalanan tersebut, yang disesuaikan dengan titik keberangkatan, kondisi, kemampuan, dan kecepatan masing-masing.
Dalam mencapai CP, kita perlu membangun kompetensi untuk melakukan perjalanan tersebut agar tiba di tujuan pada waktu yang ditentukan. Setiap satuan pendidikan dipersilakan mengatur strategi efektif untuk mencapai CP, sesuai dengan kemampuan dan potensinya.
Baca sambungan di halaman 2: Rumusan CP dalam Bentuk Fase