Sederet Syarat Calon, Pilih yang Bikin Sukses Pernikahan merupakan bagian ketiga dari buku Spiritualitas Pernikahan Meraih Kebahagiaan dengan Rahmat Ilahi karya Moh. Sulthon Amien. Seri pertama: Pernikahan sebagai Laboratorium Perjuangan Sosial dan seri kedua: Resep Enteng Jodoh.
Penulis adalah Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim; Ketua BPH Universitas Muhammadiyah Surabaya; Ketua Badan Pembina Yayasan Insan Mulia; Direktur Utama Laboratorium Klinik Parahita Surabaya.
PWMU.CO – Ada seorang santri pria mengadu ke ustadznya. Dia gelisah, sebab sampai sejauh ini dirinya belum mendapatkan jodoh, padahal usianya sudah sangat memadai untuk menikah.
“Ustad, tolonglah saya,” katanya setengah mengiba.
“Tolong carikan jodoh dari murid-murid ustadz, atau siapalah yang cocok untuk saya. Asal dia shalihah, cantik, dari keturunan baik-baik, saya bersedia menikahinya. Kalau bisa juga kaya, masih gadis dan muda, agamanya kuat dan juga tidak keberatan bila kelak dimadu,” kata pemuda itu penuh harap.
“Kalau ketemu wanita seperti itu, ya, saya ambil sendiri. Buat apa diberikan ke kamu,” jawab ustadz.
Syarat Calon Berdasarkan Hadits
Rasulullah SAW bersabda, “Wanita itu dinikahi karena empat perkara. Karena kecantikannya atau karena keturunannya atau karena hartamya atau karena agamanya. Tetapi, yang selamat dari kamu bila memilih kriteria yang teakhir. Yakni karena agamanya (baca akhlaknya)” (HR Bukhari dan Muslim).
Saya sering mendengar orang agak keliru memahami hadits tersebut. Bukan berarti kriteria calon istri memenuhi empat hal itu. Dalam hal ini, Rasul menunjukkan banyak orang membuat kriteria untuk mencari calon pasangan, tetapi yang baik dan selamat dunia akhirat adalah mereka yang memilih punya pegangan agama yang kuat atau akhlak terpuji.
Karena tiga hal yang dipilih, selain agama, itu bisa luntur atau habis. Bisa jadi dalam riwayat yang lain akan menjadi sebaliknya. “Yang memilih harta akan menjadi miskin, yang memilih keturunan akan dihinakan.”
Berbeda halnya bila memilih karena agama atau akhlaknya, karena agama atau akhlak seseorang bila makin diasah akan semakin terpuji perangainya. Maka, barang siapa menikah dengan pertimbangan agar lebih menundukkan pandangannya dan membentengi nafsunya atau menyambung tali persaudaraan, tentu Allah akan memberkatinya.
Dan yakinlah bahwa rezeki itu akan mengikuti jika menikah karena Allah semata. Dan ingatlah, kita pun akan mendapat keturunan yang saleh dan salehah.
Dahulu ketika masih perjaka, setiap kali menatap wanita cantik apalagi jadi kembang kampung, sekolah, atau kampus rasanya saya langsung jatuh cinta. Atau, malahan senang bila berkompetisi dengan teman untuk merebut hatinya.
Pikiran itu kian lama makin terkikis, tatkala saya mulai bisa berpikir ke depan yang lebih panjang. Saya makin mengerti bahwa corak anak-anak kami nanti itu sangat bergantung pada ibunya. Bila saya bersemangat dalam berhikmat di dunia keumatan, apa kelak bisa nyambung kalau hanya punya pasangan yang mengandalkan kecantikan doang? Lama saya termenung dengan godaan kemolekan duniawi.
Tatkala saya berdiskusi panjang ketika pertama kali bertemu dengan seorang wanita yang akhirnya menjadi ibu anak-anak saya, ide-ide saya ke depan untuk perjuangan agama, kok ya pas. Maka, saya lantas berpikir, insyallah ini cocok dengan pilihan saya yang diisyaratkan Nabi tadi.
Langsung, tanpa menunggu waktu lama saya utarakan maksud saya. Tetapi, tentu saya akan shalat istikharah terlebih dahulu dan dia juga mengiyakan maksud saya. Jadi, gayung telah bersambut.
Baca sambungan di halaman 2: Agama Tak Sekadar Ritual