Unit bisnis PT Umsida Sinergi Utama ekspor perdana 2500 tanaman hias jenis Calladium ke Amerika Serikat. Liputan Shinta Amalia Ferdaus.
PWMU.CO – Dalam upaya meningkatkan level perekonomian lewat pendirian perusahaan, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) meresmikan Unit Bisnis PT Umsida Sinergi Utama, Selasa (10/5/22).
Peresmian PT Umsida Sinergi Utama sekaligus ekspor perdana 2500 tanaman hias jenis Calladium ke Houston, Amerika Serikat ini berlangsung di sela kegiatan Halalbihalal untuk dosen, karyawan, dan tenaga kependidikan yang bertempat di Auditorium KH Ahmad Dahlan Kampus I Umsida.
Menanggapi pencapaian Umsida tersebut, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Dr KH M Saad Ibrahim MA justru mengawalinya dengan bercerita terkait kurma yang biasa dikonsumsi adalah kurma yang diimpor dari Amerika Serikat.
“Dari hari raya hingga saat ini, saya mencicipi kurma dan di antara kurma itu ada yang besar dan panjang. Namanya dalam bahasa arab itu medjool, kemudian ada tulisannya impor dari Amerika serikat,” tuturnya.
Kiai Saad meyakini, kurma tersebut berasal dari Israel. Namun agar kurma tersebut bisa diterima oleh konsumen dari Indonesia, kurma tersebut diberi nama dari USA. Pria kelahiran Mojokerto tersebut mengungkap perarasaan leganya karena kini Umsida yang justru memasok tanaman hias ke negara tersebut. “Maka hari ini ketika Umsida mengekspor tanaman-tanaman ini ke Amerika, hati saya sedikit lega,” ucapnya.
Langkah Konkrit Umsida
Melihat kemajuan dan langkah konkrit Umsida untuk memperluas ranah usahanya, ia menyampaikan harapan agar amal usaha Muhammadiyah lainnya bisa memberikan kontribusi serupa untuk kesejahteraan masyarakat.
“Semoga ini bisa diikuti oleh banyak amal usaha Muhammadiyah lain yang jumlahnya delapan itu, termasuk juga ITB Muhammadiyah, sekolah tinggi Muhammadiyah, bahkan amal usaha Muhammadiyah. Berlomba-lombalah untuk melakukan ekspor terhadap komoditas yang bisa kita hasilkan dari Indonesia ini,” tuturnya memberi pesan.
Lebih lanjut, guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang itu memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada Umsida, yang telah melakukan kegiatan ekspor produk lokal ke luar negeri.
“Tentu atas nama Pimpinan Muhammadiyah Jawa Timur, saya sangat mengapresiasi Pak Rektor dan jajaran yang telah memulai suatu titik yang kecil, namun dari titik yang kecil itulah bisa membuat garis yang panjang. Moga-moga titik ini bisa dilanjutkan oleh titik-titik berikutnya sehingga menjadi garis proyeksi untuk kebaikan umat dan bangsa ini,” jelasnya.
Dan dalam kegiatan yang berbarengan dengan momentum Idul Fitri tersebut, pria kelahiran 1954 itu menyampaikan terkait tafsir At-Thabari dengan merujuk pada QS. Al-Imran ayat 112.
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ اَيْنَ مَا ثُقِفُوْٓا اِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ اللّٰهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَاۤءُوْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ الْاَنْبِۢيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ
Hablun itu, kata Kiai Saad dimaknai ahdun, sehingga maknanya ahdun. Ahdun minallah terkait ketaatan kepada perintah dan larangan Allah, sedangkan ahdun minannas yaitu meliputi segala hal yang baik untuk umat manusia.
Misalnya seperti ketika menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Muhammadiyah, ini bisa dikategorikan sebagai ahdun minannas dalam konteks kemuhammadiyahan dan keindonesiaan. “Terkait dengan itu semuanya yang dengan cara itu moga-moga kita tetap dihitung oleh Allah, ketika kita menyanyi itu bagian dari melaksanakan janji kita terhadap konteks kemanusiaan tadi,” sambungnya.
Puasa dan Hari Raya Bangsa-Bangsa
Sementara itu dalam konteks yang lebih luas, Kiai Saad melanjutkan, banyak bangsa yang telah lama berhari raya, misalnya Singapura, Brunei Darussalam, Saudi Arabia, Australia, Jepang, dan Amerika. “Tapi ada juga bangsa yang sampai sekarang masih harus puasa dan rasanya puasanya masih panjang. Ada negara kecil seperti Timor-Timor misalnya,” sambungnya.
Menurutnya, bangsa Indonesia ini masih dikatakan sebagai bangsa yang masih panjang berpuasa dalam banyak hal. Padahal, sambung Kiai Saad, bangsa ini dianugerahi oleh Allah kekayaan alam yang luar biasa. Namun apa yang terjadi adalah, ketika belum datang hari raya, bangsa ini sudah lebih dahulu melaksanakan hari raya dan menikmati apa yang tidak perlu dinikmati.
“Saya khawatir ketika hutan-hutan dibabat itu juga bagian dari menyegerakan hari raya kita, kita menikmati sebentar, setelah itu kita harus berpuasa panjang. Maka semoga di tangan kitalah, di tangan pemerintah, dan di tangan Muhammadiyah dan elemen-elemen bangsa ini, elemen stategis dari bangsa ini, maka puasa itu segeralah kita sampai pada hari raya, moga-moga Allah menolong kita,” pungkasnya. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.