Corbuzier Mainkan LGBT oleh M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan.
PWMU.CO– Podcast Deddy Corbuzier bikin heboh lagi. Kali ini dia mengundang pasangan LGBT Ragil Mahardika orang Indonesia dan Frederik Vollert orang Jerman. Ragil-Vollert pasangan gay yang menikah di Jerman. Mereka secara demonstrantif menampilkan foto mesra.
Reaksi publik keras atas wawancara Deddy Corbuzier tersebut dan menuntut tayangan itu di- take down. Akhirnya Deddy sendiri yang menghapus wawancara kontroversial itu.
Gay atau pernikahan sejenis bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia masih pro dan kontra. Kelompok gay dan sejenisnya terus berjuang untuk pengakuan eksistensinya, meskipun warga dunia tidak bisa menerimanya. Indonesia sebagai negara berideologi Pancasila tidak mungkin mengakui eksistensi atau dapat melegalisasi LGBT.
Dari sisi norma apapun LGBT adalah perilaku menyimpang. Karenanya tidak pantas untuk dipublikasikan. Podcast Deddy Corbuzier hanya cari sensasi follower dan monetasi. Alasan kemanusiaan tidak cukup memadai, sebab sila kedua Pancasila menegaskan kemanusiaan yang adil dan beradab.
LGBT itu tidak beradab. Tapi biadab. Hewan saja tidak kawin sejenis. Perilaku ini bahkan lebih rendah dari hewan. Tuntutan kawin sejenis bukan hak asasi manusia. Hak hewanpun juga bukan.
Empat norma telah dilanggar. Norma susila, sosial, hukum maupun ketuhanan. LGBT itu adalah perbuatan asusila yang lebih hina dan tidak bermoral dibanding dengan pelacuran. Melanggar norma sosial di mana masyarakat mengecam dan mengutuk LGBT.
Norma hukum tidak menjadikan LGBT sebagai perbuatan hukum yang dapat dibuatkan perjanjian legal baik di bawah tangan maupun notariel acte. Apalagi legalisasi negara. Melanggar norma ketuhanan. Tidak ada satu agama pun yang menghalalkan LGBT. Gay dan sejenisnya adalah perbuatan dosa yang bersanksi siksa Tuhan di dunia maupun akhirat.
Corbuzier yang menayangkan pasangan gay Ragil dan Fred itu harus ikut menanggung akibat atas perbuatan melanggar norma tersebut. Minta maaf, apalagi tidak serius, tidaklah cukup. Persoalan tidak sesederhana itu. Sanksi sosial, moral, atau hukum patut untuk dikenakan.
Pemerintah juga harus ikut turun tangan. Tidak seperti Mahfud MD yang menyatakan pemerintah tidak dapat melarang atas dasar asas demokrasi. Negara demokrasi pun harus menjaga moral bangsa. Apalagi menghargai prinsip-prinsip agama. Atau mungkin pemerintahan saat ini sudah berwatak komunis ala PKI.
Ketika Corbuzier main LGBT maka risiko dan sanksi harus diterima. Masyarakat Pancasila harus membuat efek jera. LGBT tidak bisa ditoleransi apalagi dipublikasikan dengan nuansa advertensi. Mencari keuntungan materi semata.
Perkawinan Ragil Mahardika dan Fred Vollert adalah contoh buruk dari sisi manusia. Perilaku insani yang lebih rendah daripada hewan. Mempublikasikan sama bejat dan biadabnya. (*)
Bandung, 12 Mei 2022
Editor Sugeng Purwanto