Pesan Penting Al-Quran: Saling Memaafkan dan Berlapang Dada; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Kunci keberhasilan Muhammadiyah diungkap Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd dalam Halalbihalal Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur di Aula Mas Mansur Kantor PWM Jatim, Selasa (5/10/22).
Mulanya, Prof Mu’ti mengingatkan salah satu pesan penting al-Quran, hendaknya memaafkan dan berlapang dada. Ada empat kali penyebutan walya’fu walyasfahu (memaafkan dan berlapang dada) secara berurutan dalam al-Quran.
“Bentuknya fi’il amr (kata kerja perintah). Dua di antaranya berkaitan dengan keluarga, satu di antaranya berhubungan dengan kepemimpinan di masa tua,” terang Prof Mu’ti.
Walya’fu artinya memaafkan. Al-afwu artinya menghapus atau merasa berlebih dengan apa yang dimiliki. Ini mengingatkan Prof Mu’ti pada ciri orang bertakwa, yaitu mau berinfak dalam keadaan lapang maupun sempit.
Dia menekankan, orang yang mau berderma tidak selalu bergelimang harta. Karena ada orang bergelimang harta tapi merasa miskin. “Miskin dan kaya itu sebenarnya soal mindset, bukan soal aset,” imbuhnya.
Menurutnya, ini seperti orang memberi maaf. Seseorang mau memaafkan karena sudah berlapang dada. “Ada masalah apa, tidak dia masukkan ke dalam hati. Kalau orang tidak lapang dada semua hal jadi soal, bahkan tidak soal pun dia persoalan,” ujarnya.
Maka, Prof Mu’ti mengajak peserta menjadi orang yang pemaaf. “Yasfahu dari kata safaha artinya sakifah (lembaran baru). Setelah dimaafkan itu buka lembaran baru! Bukan kembali pada lembaran lama,” tutur pria kelahiran Kudus itu.
Kalau kembali pada lembaran lama, menurutnya pasti teringat lagi kesalahan yang lalu. Maka, dia menganjurkan untuk memaafkan tanpa syarat. “Bukan memaafkan dengan syarat 12345,” ujar Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Itulah mengapa memaafkan bisa lebih mendekatkan seseorang kepada takwa. “Orang bertakwa itu pemaaf bukan pendendam!” tegasnya.
Relasi sosial seseorang bisa baik kalau ia menjadi sosok pemaaf dan penyayang. Prof Mu’ti lantas menukil hadits, “Cintailah mereka yang ada di bumi niscaya kamu akan dicintai yang ada di langit (Allah).”
Dia menyimpulkan, relasi manusia harus dibangun di atas relasi hubb (cinta). Oleh karena itu, Prof Mu’ti menekankan, dalam bermuhammadiyah harus saling memaafkan dan berlapang dada. Dia menegaskan, “Itulah yang menjadi kunci kita berhasil!” (*)
Editor Mohammad Nurfatoni