SDMM Tandatangani Komitmen bersama Orangtua dan Siswa, Liputan M. Fadloli Aziz,, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik melakukan penandatanganan Komitmen bersama Orangtua dan Siswa. Acara dilakukan dalam Parent Education, Sabtu (14/05/22).
Selain penandatanganan komitmen tersebut, acara yang diselenggarakan di Aula SDMM itu mendatangkan pemateri Ketua Asosiasi Pendidik Berperspektif Hak Anak, Bekti Prastyani. Dia menyampaikam materi Disiplin Positif dalam materi bertema Pola Asuh Ramah Otak.
Penanggung Jawab Bimbingan Konseling (BK) SDMM Ria Eka Lestari SSi menyampaikan sebagai Satuan Pendidikan Ramah Anak, sejatinya komitmen dan konsekuensi logis telah dilakukan SDMM di awal tahun pelajaran. Yaitu di bulan Juli 2021 saat momen Mengenal Lebih Dekat (Melekat). Namun, komitmen yang disusun masih terbatas pada aktivitas anak di kelas.
“Maka, menjelang akhir tahun pelajaran ini, BK SDMM bekerja sama dengan Ikwam untuk menerapkan disiplin positif di lingkungan keluarga utamanya aktivitas di rumah,” ujarnya.
Menurutnya, hal ini ini bisa menjadi salah satu solusi atas keluhan wali siswa saat penerimaan rapor tengah semester II terkait motivasi belajar putra-putrinya di rumah.
“Selain itu juga didasarkan pada penguatan peran orangtua terhadap pendidikan keluarga yang berfokus pada pola asuh ramah otak,” ungkapnya.
Ustadzah Tari—panggilan akrabnya—melanjutkan, dengan adanya komitmen dan konsekuensi logis yang disusun bersama hari ini, diharapkan tumbuh kesadaran internal dalam diri anak bahwa membagi waktu antara belajar dan bermain yang efektif dapat membuat mereka lebih nyaman, mandiri, dan bertanggung jawab.
“Demikian juga orangtua, dapat lebih memahami keinginan anak dan mengetahui apa yang harus dilakukan ketika anak atau orang tua sendiri melanggar komitmen yang telah disusun bersama,” tegasnya.
Kelas tanpa tata Tertib
Menurutnya, ‘keluarga tanpa tata tertib’ dirasa bisa menjadi solusi membangun kedekatan dan kelekatan anak dan orangtua sehingga setiap individu dalam keluarga mengetahui dan saling menghormati hak dan kewajiban masing-masing. Anak tidak merasa diatur dan tidak ada hukuman.
Perempuan yang juga merupakan Fasilitator Guru Penggerak Kemendikbudristek ini juga menuturkan penyusunan dilakukan bersama sekolah agar guru juga tahu komitmen apa yang telah disusun oleh anak bersama orang tuanya dan akan diterapkan di rumah.
Sebagai ‘orangtua’ anak di sekolah, tentu guru menjadi tim sukses masa depan anak yang membersamai orang tua sehingga bisa turut berperan serta dalam mengawal anak-anak untuk selalu ingat dan melakukan apa yang sudah disepakati.
“Bismillah, tiga pilar sekolah ramah anak (anak, ortu, guru) dapat lebih solid dalam mengantarkan anak selamat di dunia, bahagia di akhirat,” harapnya.
Ustadzah tari meneranhkan, dalam komitmen yang ditandatangani itu salah satu berisi penggunaan HP untuk bermain yang disepakati dalam sehari maksimal duajam.
Jika durasi bermain HP melebihi dua jam maka konsekwensi logisnya adalah besok hari selanjutnya tidak diperkenankan bermain HP. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni