Pergiliran Kehidupan Belajar dari Perang Badar dan Uhud, liputan kontributor PWMU.CO Gresik Dewi Fatimah.
PWMU.CO – Prof Dr H Biyanto MAg memberikan tausiah dałam acara Halalbihalal dan Silaturahmi Idul Fitri 1443 yang diselenggarakan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) dan Pimoinan Cabang Aisyiyah (PCA) GKB di SMA Muhammadiyah 1 (Smamsatu) Gresik, Senin (16/5/2022).
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur itu.mengawali ceramahnya dengan mengutip al-Qur’an surat Ali Imran ayat 133 yang artinya: “Dan bersegeralah mencari ampunan dari Tuhan kalian dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.”
Biyanto menegaskan salah satu bekal untuk mudik ke kampung akhirat dengan tujuan masuk surga adalah dengan beriman dan beramal shaleh. Sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah dalam Surat Hud ayat 23 yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan dan merendahkan diri kepada Tuhan, mereka itu penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.”
“Mari kita cari rahasia agar bisa masuk surga yaitu beriman dan beramal shalih, pastinya dengan perbanyak sedekah,” ajaknya.
Guru Besar Ilmu Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya ini menerangkan harta yang diinfakkan di jalan Allah akan memperoleh balasan sebanyak 700 kali lipat. Bahkan, Allah hendak melipat gandakan lebih dari itu kepada hamba-Nya yang ikhlas menyumbangkan hartanya.
Biyanto lalu kembali mengutip al-Baqarah ayat 261: “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”
Pria kelahiran Desa Gampang Sejati, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan ini kemudian menyampaikan tradisi berbagi rezeki dan memberi yang terbaik terus bertumbuh dan berkembang di Muhammadiyah.
Dia menilai tradisi tersebut telah sesuai dengan teladan Rasulullah SAW. “Allah pasti menolong hamba-Nya yang mau menolong sesama, ini ajaran Rasulullah. Maka, penting sekali melakukan sinergi antara AUM (amal usaha Muhammadiyah) dan Persyarikatan,” terangnya.
Biyanto lalu menguatkan dengan menukil hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi No 1853: “Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang Mukmin dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat.
Siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat. Siapa yang menutupi seorang Muslim Allah akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hambanya selama hambanya menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga.”
Makna Halalbihalal
Memaknai tradisi halalbihalal, Biyanto menyebutnya sebagai proses kembali ke asal kejadian, yakni kembali suci usai menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Ibarat bayi yang baru dilahirkan di muka bumi, kondisi kesucian ini sangat bergantung pada peran orangtua dan lingkunganya. Sebagaimana Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim: “Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
Biyanto menerangkan tentang perjanjian manusia dengan Allah yang terjadi saat masih dalam rahim ibu. Pada proses pembentukan manusia, sebelum roh dimasukkan ke calon bayi dalam kandungan Ibu, manusia telah mengadakan perjanjian atau persaksian dengan Allah SWT.
Dia kemudian mengutip al-A’raf ayat 172:
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka seraya berfirman, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Benar. Engkau Tuhan kami, kami bersaksi.” Kami lakukan yang demikian itu agar di hari Kiamat kelak kalian tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini (Ke-Esaan Tuhan).”
Pada kesempatan itu, Biyanto mengajak kepada keluarga besar PCM dan PCA GKB untuk terus memperbaruhi iman dan ruhiahnya. Pada proses pembentukan manusia itu, semua roh calon bayi itu bersaksi bahwa Tuhan Pencipta dan Pemelihara mereka adalah Allah. Artinya mereka siap menyembah, beribadah, mengabdi hanya kepada Allah semata.
“Jaddidu imanakum bi qawli Laa ilaha illa Allah. Perbaruilah iman kalian dengan keyakinan: ‘Tiada Tuhan yang berhak disembah-diibadati, selain Allah’,” tambahnya menguatkan.
Baca sambungan di halaman 2: Kehidupan yang Berputar