Parade Kostum Khas Gresik di Apel Hardiknas Spemdalas, liputan Dheni Iga Pertiwi kontributor PWMU.CO
PWMU.CO – Ada yang beda di petugas apel pagi hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik (Spemdalas), Jumat (13/5/22). Mereka mengenakan kostum khas Kabupaten Gresik penuh warna-warni.
Apel pagi memperingati Hardiknas 2022, petugas apel pagi serempak memakai kostum untuk menghargai dan mengenalkan pakaian tradisional khas Gresik.
Kepala SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB, Fony Libriastuti MSi, mengungkapkan setiap tanggal 2 Mei merupakan tanggal kelahiran Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.
“Mengingat tanggal 2 kemarin bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri, maka dipilihkan hari ini untuk tetap mengingatkan momen penting dalam dunia pendidikan,” ungkapnya.
Dia memaparkan walaupun peringatan Hardiknas tidak dilaksanakan pada waktu hari H, adapun rasa syukur dan hikmat tetap ada dan tidak mengurangi rasa bangga terhadap Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara.
Latihan Rutin
Pembina apel Hardiknas M Ali Fauzi menjelaskan latihan apel Hardiknas dilakukan setiap pekan sekali dan intens menjelang pelaksanaan apel.
“Hal ini dilakukan supaya apel Hardiknas ini bisa berjalan lancar dan tertib, khususnya petugas apel,” ungkapnya.
Siswa kelas VIII A Venessa Amelia kelas mengungkapkan kostum kebaya yang dipakai adalah pakaian adat berasal dari Jawa sebagai wujud melestarikan budaya bangsa Indonesia.
“Karena saya mencintai budaya bangsa,” kata MC apel Hardiknas ini.
Hal senada juga disampaikan Baliandaru. Siswa kelas VIII E mengatakan memakai kostum khas Gresik ini sebagai menunjukkan budaya adalah bagian dari pendidikan nasional. “Oleh karena itu, pada peringatan Hardiknas ini saya menggunakan pakaian adat yaitu kebaya yang berasal dari Jawa,” kata kompi barisan kelas VII.
Selain itu, pemimpin upacara Muhammad Jabir Dandyaksa mengungkapkan salah satu cara menghargai pahlawan yang berjasa di dunia pendidikan salah satunya adalah menghargai seorang guru.
“Mereka merupakan pahlawan dalam dunia pendidikan yang harus dihormati hingga saat ini,” tandasnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.