Mensyukuri Nikmat Allah di Balik Musibah; Liputan Ain Nurwindasari, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Siswa SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik menyampaikan materi Mensyukuri Nikmat Allah di Balik Musibah dalam kegiatan Kajian Muslimah (Kalimah). Kegiatan yang diikuti oleh seluruh siswa putri ini digelar secara hybrid di Andalusia Hall, pada Jumat (3/5/22)
Khalasha Azaria Widianto, siswa kelas VIII 8 ICP 2 sebagai pemateri mengawali presentasinya dengan memaparkan definisi syukur. Menurutnya syukur merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab yang artinya berterima kasih.
“Jadi mensyukuri nikmat itu berterima kasih kepada Allah dengan cara mengingat atau menyebut nikmat dan mengagungkan-Nya,” jelasnya.
Siswa yang akrab dipanggil Asa ini kemudian menjelaskan makna musibah. Menurutnya, musibah merupakan kejadian atau peristiwa yang menyedihkan yang menimpa manusia.
“Pernah nggak kalian merasa sedih? Apakah itu musibah?” tanyanya kepada peserta Kalimah yang dijawab ‘iya’ oleh seluruh peserta.
“Memang Allah memberi kita musibah, tapi dari situ kita bisa mengambil hikmah, apa sih kesalahan kita? Dan apa yang harus kita lakukan dari kejadian tersebut sehingga itulah yang namanya instropeksi diri,” terangnya.
Namun Asa juga menggarisbawahi bahwa tidak selalu musibah itu atas kesalahan kita.
“Tapi di sisi lain bisa jadi apa yang kita lakukan sudah benar, tapi orang lain yang memang ditentukan oleh Allah sebagai ujian kita. Jadi sebaiknya kita memang harus instropeksi diri dan meningkatkan kualitas diri dulu,” terangnya.
Dua Macam Musibah
Didampingi oleh Ustadzah Imroatus Sa’adah SPd, Asa melanjutkan penjelasannya dengan memaparkan tentang dua macam musibah, yaitu musibah kecil dan besar.
“Musibah kecil yaitu listrik padam, jatuh dari sepeda, atau hal-hal lain yang menyedihkan tapi masih bisa dianggap ringan. Musibah besar misalnya peperangan, kecelakaan, bencana alam, dan lain sebagainya yang itu sangat berat untuk kita terima,” urainya.
Dia lantas mengingatkan ketika mendapat musibah agar seseorang mengucapkan ‘inna lillahi wa inna ilaihi rajiun’ (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya lah kami akan kembali).
“Jadi kalau ada teman jatuh itu ditolongin dan berucap ‘inna lillahi wa inna ilaihi rajiun’, bukan diketawain ya,” imbuhnya memberikan contoh.
Asa mengutip sebuah hadits: “Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR Bukhari dan Muslim)
Asa memberi contoh, ada orang yang sedang berjalan kaki melihat orang yang naik private jet, kemudian orang yang berjalan kaki ini iri dan ingin bisa seperti orang yang naik private jet. Ternyata orang yang naik private jet itu tidak punya kaki, dan melihat orang yang sedang berjalan kaki. Orang yang naik private jet pun iri dengan orang yang sedang berjalan kaki karena ia juga ingin bisa berjalan normal.
“Manusia itu memang makhluk yang nggak pernah merasa puas. Jadi jangan berhenti bersyukur,” tuturnya.
Nikmat di Balik Wabah Covid-19
Menurut gadis yang sering mengikuti lomba dai ini, musibah pandemi Covid-19 juga patut disyukuri.
“Kan selama pandemi kita jarang keluar rumah, kita jadi ngirit. Misalnya juga Jakarta kan padat, karena covid-19 juga jadi lengang. Kita juga jadi lebih menjaga kebersihan dan merawat badan,” jelasnya.
Dia lantas mengingatkan pada satu quotes ‘Sejatinya musibah yang menimpamu lebih baik dari nikmat yang membuatmu lupa kepada Allah’
“Nah, kenapa musibah itu dibilang lebih baik dari pada nikmat? Karena kalau dapat musibah kita lebih ingat kepada Allah. Tapi kalau udah nikmat, kita lupa kepada Allah, misal pas lagi liburan senang-senang, kita lupa shalat,” jelasnya.
Saat ditanya oleh salah satu peserta tentang hikmah apa yang bisa diambil oleh orang yang terkena musibah menabrak sesuatu ketika berjalan (kejedot), ia pun menjawab, “Hikmahnya adalah lebih hati-hati, itu teguran dari Allah. Kalau nanti jalan lagi lewat situ pasti bisa lebih fokus.”
“Kalau kalian mendapat hari-hari yang berat ingatlah bahwa itu cuma hari ini. Mungkin hari ini kita nggak enak banget, kita nggak tau ke depan kita akan dapat apa. Kuncinya kalau dapat musibah itu instropeksi diri, bersyukur dan berprasangka baik sama Allah,” tuturnya.
Editor Mohammad Nurfatoni