Mayoritas dan Minoritas oleh Drh Zainul Muslimin, Ketua Lazismu Jawa Timur.
PWMU.CO– Allah menciptakan segalanya berpasang-pasangan maka minoritas itu pasangannya tentu mayoritas. Seluruh fakta, situasi, materi, dan kondisi akan selalu menghadirkan dua kuadran yang berseberangan.
Sementara sistem demokrasi menghendaki bahkan mewajibkan mayoritas sebagai pemenangnya. Lalu bagaimana dengan yang minoritas, apakah yang minoritas akan terus berada pada kuadran yang selalu kalah.
Bukankah seluruh ciptaanNya yang senantiasa berpasang-pasangan itu pada saat yang sama menghadirkan ruang sekaligus peluang yang sangat luas. Tinggal kemana fokus pandangan kita arahkan.
Secara kasat mata yang mayoritas memang selalu menang dengan sistem demokrasi, tetapi apakah demikian keadaannya ketika kita lihat dan telaah lebih dalam lagi di negeri ini.
Bukankah faktanya yang minoritas justru mampu menguasai, mengendalikan, bahkan mengangkangi yang mayoritas. Bukankah kita mengenal bahkan merasakan adanya tirani minoritas. Orang minoritas menguasai seluruh sendi ekonomi, memengaruhi kebijakan politik, bahkan pertahanan dan keamanan.
Kelompok elite minoritas ini sekarang populer disebut oligarki. Sedikit orang yang menguasai partai politik, pejabat, menteri, bahkan presiden. Kasus minyak goreng yang membuat rakyat antre sampai mati itu contohnya. Ada orang minoritas yang sekarang ditangkap Kejaksaan Agung ternyata berpengaruh dalam perdagangan CPO.
Melihat fakta ini, menjadi minoritas bukan berarti selalu kalah dalam sistem demokrasi. Bahkan bisa menguasai yang mayoritas.
Jadi berada di kuadran manapun akan senantiasa bisa menghadirkan peluang untuk menjadi pemenang apalagi bagi orang-orang yang beriman. Orang-orang yang dilindungi dan dikeluarkan dari jalan gelap kepada jalan yang terang, yang ditinggikan derajatnya, yang akan dimenangkan, oleh backing Yang Maha Kuat, Yang Maha Besar.
Bagi orang-orang yang jahadu fiina lanahdiyanahum subuulana, akan selalu dihadirkanNya banyak jalan.
Harusnya konsep pendidikan yang diusung oleh Persyarikatan Muhammadiyah ini yaitu holistic education melahirkan orang-orang yang punya pandangan, dan pemikiran yang holistik pula.
Bukankah kita juga diasah untuk melihat, memandang, dan memikirkan sampai di luar batas ruang dan waktu.
Berpikir, bersikap dan bertindak anti mainstream yang out of the box bahkan mungkin harus without the box.
Di dekat kita ada minoritas yang mampu dan bisa membangun tirani minoritas. Kalau yang mayoritas tak segera bangkit membangun kekuatan ekonomi dan politik, khawatirnya sepuluh tahun ke depan yang minoritas itu bakal menguasai segalanya.
Tetap semangat berbagi manfaat. Bismillah
Editor Sugeng Purwanto