PWMU.CO– Tipe kader Muhammadiyah diungkapkan oleh Ustadz H Pahri SAg MM, Ketua Umum Pimpinan Pusat Forum Guru Muhammadiyah (FGM) dalam pengajian Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sidoarjo, Sabtu (21/5/2022).
Pengajian triwulan dan halal bihalal dihadiri guru-karyawan amal usaha bertempat di halaman SMP Muhammadiyah 10 Sidoarjo.
Ustadz Pahri membagi enam tipe kader Muhammadiyah berdasarkan pengalamannya selama berkiprah di Muhammadiyah. Pertama, kader biologis. Yaitu orang yang lahir dari keluarga Muhammadiyah. Tapi secara ideologis, kader aktivis belum tentu sesuai harapan orangtuanya.
Kedua, kader ideologis dan aktivis. Yaitu orang-orang yang ber-Muhammadiyah karena sejak lama ikut dalam kegiatan dan pendidikan kader.
”Hal itu ditandai dengan bergabung dalam struktur organisasi Muhammadiyah mulai dari Ortom hingga majelis. Kader inilah yang mampu menggerakkan roda persyarikatan,” katanya.
Ketiga, kader honoris. Orang yang ber-Muhammadiyah karena bekerja di AUM tapi tidak mau bergabung dalam kegiatan dan struktur organisasi Muhammadiyah. Termasuk orang yang mencari NBM tapi demi kepentingan pribadi.
Keempat, kader simpati. Yaitu orang yang menyukai kegiatan Muhammadiyah tapi belum mengenal Muhammadiyah secara mendalam.
”Inilah kader potensial agar dapat menjadi kader ideologis dan aktivis. Termasuk pula para pelajar dan mahasiswa Muhammadiyah,” tuturnya.
Kelima, kader keartisan. Numpang tenar. ”Ini orang yang mengaku dan bangga ber-Muhammadiyah karena merasa memiliki kepandaian intelektual yang baik sehingga dapat menangkap pergerakan Muhammadiyah yang dianggap realistis. Tapi diajak berjuang membesarkan persyarikatan banyak argument untuk menghindar,” ujarnya.
Keenam, kader pengkhianat. ”Mereka adalah orang-orang yang berangkat dari kader honoris di lembaga pendidikan Muhammadiyah, tapi setelah sertifikasi dan menjadi PNS berbalik memusuhi Muhammadiyah,” tandasnya.
Kader AUM
Dalam uraian lainnya Ustadz Pahri menjelaskan, mengkokohkan kader Muhammadiyah di amal usaha sesuatu yang penting. Keberlangsungan AUM tergantung pada kadernya. Kalau kadernya kokoh tak tertandingi, pasti AUM-nya juga kokoh tak tertandingi.
Kalau kadernya lemah maka AUM-nya mudah ditandingi oleh sekolah-sekolah yang lain. Majunya sekolah tergantung oleh majunya kader. Kalau kehilangan kader, sekolah Muhammadiyah kehilangan ruhnya, kehilangan nyawanya, kehilangan jiwanya.
”Bisa gedungnya bertingkat-tingkat, tetapi kalau di situ tidak ada kader-kader yang kuat, yang kokoh maka besar gedungnya saja tetapi tidak ada napas Muhammadiyahnya,” tuturnya.
AUM yang dulunya kecil, sambung dia, pasti awalnya ada kader-kader yang berjuang dengan totalitas. Kader Muhammadiyah harus totalitas jiwa, semangat, dan waktunya. ”Orang Muhammadiyah tidak sekadar berkorban raganya, tetapi juga jiwa dan materi. Jiwa perjuangan harus dimiliki kader Muhammadiyah,” tegas dia.
Penulis Mahyuddin Editor Sugeng Purwanto