Tak Mengenal Gender, Stop Pelecehan Seksual, liputan Fibrina Aquatika kontributor PWMU.CO
PWMU.CO – Girls Empowerment, kegiatan bertajuk pelajaran dan informasi penting yang mengangkat isu Sexual Harrasment digelar SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (Smamda) bersama Rotary, Jumat (27/5/22).
Kegiatan bagi siswi yang uzur tersebut berlangsung di ruang rapat lantai 4 dengan mengundang Psikolog Klinis Astrid Regina Sapiie sebagai pembicara utama.
Astrid mengatakan sexual harassment atau pelecehan seksual adalah perilaku usaha-usaha atau pendekatan-pendekatan yang terkait dengan seks yang diinginkan.
“Hal ini termasuk permintaan untuk melakukan hubungan seks dan perilaku lainnya yang secara verbal ataupun fisik merujuk pada seks,” ujarnya.
Dia memaparkan ada dua bentuk tindak pelecehan seksual. Pertama, tanpa sentuhan misalnya, menceritakan lelucon seks, menunjukkan sms, gambar, film berkonotasi seksual, gerakan tubuh, suara-suara atau kata-kata tidak senonoh.
Kedua, dengan sentuhan seperti meraba, menyenggol, meremas, menepuk bagian tubuh, mencium, memeluk, membuka paksa pakaian, sengaja menempelkan tubuh sampai memperkosa.
“Kejadian pelecehan seksual biasanya terdiri dari 10 persen kata-kata pelecehan, 10 persen intonasi yang menunjukkan pelecehan, dan 80 persen nonverbal,” ungkapnya.
Mengenal Gender
Astrid Regina Sapiie menjelaskan pelecehan seksual ini tak mengenal gender, siapapun bisa menjadi korban.
“Korban pelecehan seksual bisa jadi adalah laki-laki ataupun perempuan. Korban bisa jadi adalah lawan jenis dari pelaku pelecehan ataupun berjenis kelamin yang sama. Usia korban juga bukan hanya dari kalangan dewasa saja, bahkan bayi dan lansia pun bisa ikut menjadi korbannya,” katanya.
Sexual Harrasment
Astrid Regina Sapiie mengungkapkan penyebab dari adanya sexual harrasment ini beraneka ragam. Namun ada yang menjadi penyebab dominan, biasanya dikarenakan relasi kuasa dalam ketimpangan gender.
“Laki-laki lebih berkuasa dari perempuan, didukung oleh berbagai mitos dan keyakinan,” tuturnya.
Dia menyatakan penyebab lain juga ada karena kekuasaan jabatan atau posisi yang lebih tinggi, pendidikan moral yang kurang mantap, model perilaku dari lingkungan terdekat.
Ada pula dikarenakan konten kekerasan seksual dalam media massa dan media sosial. Penyebab yang tak kalah seringnya adalah karena adanya kesempatan dalam melakukan pelecehan seksual itu sendiri.
Tips Melindungi Diri
Astrid Regina Sapiie membagikan beberapa tips dalam mencegah guna melindungi dari dan sigap dari bahaya pelecehan seksual.
Pertama, tentu menjauhkan diri dari sumber bahaya, misalnya menghindari pergaulan bebas dan narkoba. Kedua, berjarak dari pelaku atau orang yang dicurigai akan melakukan.
Ketiga, mengusahakan untuk selalu berada dalam jangkauan pandangan banyak orang. Keempat, menolak jika diminta tetap tinggal di sekolah setelah sekolah bubar. Kelima, bersikap tegas, yakin dan percaya diri.
“Tak lupa juga untuk menjaga ucapan dan mendengarkan kata hati. Belajar bilang tidak dan berani berteriak. Bisa juga belajar seni bela diri,” ungkapnya.
Dia mengingatkan agar melapor jika melihat seseorang atau sekelompok orang menjadi korban atau mungkin menjadi pelakunya.
“Laporkan pada guru atau pihak otoritas yang lebih tinggi. Jangan diam. Kalau perlu rekam atau ambil video dari perilaku pelecehan seksual. Korban tidak bersalah, pelaku yang harus mendapat hukuman,” tegasnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.