Minimnya Keterwakilan Politik Perempuan Muhammadiyah Dipertanyakan, liputan Ian Ianah, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik menggelar resepsi Milad Ke-105 Aisyiyah di Hall Sang Pencerah Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG), Kamis (26/05/2022).
Acara dihadiri ketua dan anggotan PDA Gresik, pewakilan dari 16 Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) se-Kabupaten Gresik, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Timur Rukmini Amar, Rektor Universitas Muhammadiyah Gresik Eko Budi Leksono, serta undangan internal Muhammadiyah dan pemerintahan.
Hadir pula Wakil Ketua DPRD Kabupaten Gresik Hj Nur Saidah SE MM. Dia menyampaikan apresiasi pada Aisyiyah yang terus memajukan peran perempuan. Dia juga memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Aisyiyah atas kiprah dan pengabdian yang diberiakan untuk Kabupaten Gresik di bidang lingkungan, bina keluarga, konseling, layanan sosial, dan kesehatan.
Menurut Nur Saidah, agar bisa terus berkiprah dan berkontribusi, perempuan harus melandasi gerakannya dengan beberapa hal ini.
Pertama, pendidikan. “Bagaimana kita bisa bersaing dengan kaum laki-laki jika pendidikan perempuan tidak kita tingkatkan. Dalam hal ini Muhammadiyah mempunyai peran yang sangat penting dalam hal pendidikan,” ujarnya.
Dia mengakui dan menyaksikan jika pendidikan Muhammdiyah tidak bisa diremehkan. Bahkan di beberapa tempat, pendidikan yang dikelola Muhammadiyah lebih maju.
“Dan saya yakin kita tidak perlu menyampaikan satu per satu. Beberapa sekolah unggulan datangnya dari Muhammadiyah,” ujarnya.
Nur Saidah menegaskan, memperbaiki kualitas pribadi juga jadi modal untuk memperbaiki struktur kualitas kehidupan perempuan di masyarakat. “Dan peran lembaga organisasi masyarakat seperti Aisyiyah, yang usianya lebih dari satu abad dan diisi para perempuan hebat pasti akan memberikan kontribusi yang terbaik,” tambahnya.
Keterwakilan Politik Perempuan
Kedua, pentingnya komitmen politik keterwakilan perempuan. “Karena saya di sini mewaliki legislatif maka saya akan menyinggung persoalan ini,” ujarnya.
Menurut dia selama ini keterwakilan perempuan dari Aisyiyah dan Muhammadiyah itu sedikit. ”Jadi kader-kader terbaik dari Aisyiyah tentunya ini juga dibutuhkan sebagai komitmen politik keterwakilan perempuan,” pesannya.
Padahal, sambungnya, dari penelitian menunjukkan bahwa perwakilan 30 persen perempuan itu dapat mempengaruhi sebuah kebijakan. “Jadi rendahnya keterwakilan perempuan tentunya juga akan memengaruhi kurangnya kebijakan yang responsif tentang isu-isu gender terhadap keterwakilan perempuan,” ujarnya.
Ketiga, dukungan sosial kemasyarakatan, yakni keluarga. Dia mengaku, untuk bisa berdiri di forum yang amat mulai ini sebagai pimpinan DPRD Gresik—dan sebagai seorang perempuan di legislatif yang menjabat tiga kali—tidak lepas dari pondasi keluarga yang kokoh.
“Jadi, betul-betul yang dibutuhkan perempuan pertama dan utama adalah diawali dari keluarga yang sakinah mawaddah warahmah,” tutur wakil rakyat yang tinggal di Duduksampean ini.
Oleh karena itu dia berharap para aktivis Aisyiyah sebagai gerakan perempuan konsisten memberikan manfaat dengan mengamalkan ilmunya dengan memberdayakan masyarakat dan perempuan. “Sehingga intinya kita tidak berjuang untuk diri kita sendiri tetapi lebih berjuang untuk umat,” pesannya.
Di kesempatan ini Nur Saidah menyampaikan terima kasih kepada PDA Gresik atas segala kiprah dan pengabdiannya untuk Kabupaten Gresik melalui berbagai kegiatan yang bermanfaat.
“Saya mengetahui langsung karena sering diundang Aisyiyah di Duduksampean tempat saya tinggal. Maka dari itu kami siap men-support jika membutuhkan kerja sama dengan pemerintah daerah,” ucapnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni