PWMU.CO– Eksistensi kader adakalanya kontributif, tetapi adakalanya menjadi pengganggu, bahkan menjadi beban. Diharapkan eksistensi kader muda Muhammadiyah itu kontributif yang memberi manfaat di manapun berada.
Demikian disampaikan mantan Bupati Bojonegoro Dr Suyoto MSi dalam halal bihalal Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bojonegoro di Gedung Dakwah Komplek Masjid at-Taqwa Ahad (22/5/2022).
Acara ini sekaligus Temu Kader Muda Muhammadiyah mengambil tema Revitalisasi Peran Keumatan dan Kebangsaan Kader Muda Muhammadiyah.
Menurut Kang Yoto, panggilannya, pada prinsipnya Pemuda Muhammadiyah harus mampu mengemban amanat syariat rahmatan lil alamin. Untuk dapat menjalankan itu semua maka perlu transformasi diri kepada transformasi sosial. Syaratnya dengan membangun lima kesadaran yakni spasial, sosial, kesejarahan, computational, dan spiritual.
”Kaum muda harus mempunyai pandangan secara utuh, mampu merasakan perasaan yang hidup, mampu membaca dan meng-upgrade diri hingga ada kemampuan menyinkronkan hati, pikiran, perbuatan dengan realitas hidup, dan harapan masa depan bersama,” katanya.
Semangat Berbuka
Ketua PDM Bojonegoro Drs H Suwito MSi dalam sambutannya menyampaikan pentingnya semangat syariat berbuka puasa. Tidak ada berbuka yang telat.
”Ibadah puasa Ramadhan yang baru saja kita lalui 21 hari lalu hendaknya dapat menjadi madrasah kehidupan. Ini terkait dengan budaya melaksanakan sebuah kegiatan yang tepat waktu, acara dimulai on time. Seperti semangat berbuka puasa yang tidak pernah telat,” tandasnya.
Dia yang mantan birokrasi itu adalah sosok disiplin. Mantan Kepala Kantor Kementerian Agama Mojokerto itu berpesan agar kegiatan kaderisasi terus jalan. Majelis Pendidikan Kader harus mengambil peran.
Ketua MPK PDM Bojonegoro, M. Yazid Mar’i mengatakan, kegiatan ini bertujuan me-review pemahaman tentang kader yang tidak hanya sebagai pelopor, pelangsung, penyempurna Amal Usaha Muhammadiyah, tapi kader harus berkontribusi terhadap umat, bangsa, dan negara.
”Maka persepsi selama ini tentang ’bukan jadi apa tapi apa yang harus diperbuat’ haruslah diubah dengan ’kader harus jadi apa’ sehingga setelah menjadi apa maka banyak yang bisa dilakukan,” ujarnya.
Ini penting karena dengan ia jadi apa, sambung dia, maka akan banyak peluang baginya menentukan arah perubahan bangsa ke depan. Hari ini sangat diperlukan inventarisir kader, hingga dapat mendistribusikan kader di berbagai tempat sesuai skill dan profesinya.
Acara sesi konsolidasi dipandu oleh anggota Majelis Kader M. Anas. Setiap ketua Ortom diminta memaparkan potensi dan kendala yang dimiliki, dan hasil presentasi dari para ketua Ortom, Majelis Kader bisa menyimpulkan rekomendasi kegiatan yang insyaallah akan ditindaklanjuti pada bulan depan.
Penulis Suprapto Editor Sugeng Purwanto