Jangan Jadi Sekolah Copy Paste, liputan iputan Mohamad Su’ud, kontributor PWMU.CO Lamongan; Kepala SMK Muhammadiyah 6 Modo Lamongan.
PWMU.CO – KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, memiliki talenta dan berpenampilan sederhana. Saat itu belum punya apa-apa.
Cerita tersebut disampaikan oleh Dr Hidayatulloh MSi dalam pembukaan kegiatan Pendidikan Khusus Kepala Sekolah (Diksuspala) Special Edition 2022 yang diselenggarakan oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Muhammadiyah Jawa Timur, Sabtu, (28/5/2022), di Ubaya Training Center, Trawas, Mojokerto.
Kai Dahlan, lanjut pria yang biasa dipanggil Pak Dayat itu, mengawali mendirikan sekolah madrasah Diniyah Al-Islamiyah. Dari mimpi besar dan spirit menjadikan Islam yang sebenar-benarnya, Sekarang berkembang pesat di dalam dan luar negeri. “Kiai Dahlan menanamkan pikiran dan cita-cita besar. Itulah hebatnya mimpi,”tandas Dayat.
Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) itu yakin, jika para pemimpin sekolah bermimpi besar dan berkomitmen kuat, maka tiga sampai empat tahun mendatang akan berubah sesuati yang tidak pernah dibayangkan saat ini.
Dia mengingatkan kepada 120 (calon) kepala sekolah, bahwa konsep Muhammadiyah tentang pendidikan itu sudah relatif lengkap. Tugas pimpinan sekolah menerjemahkan dan mengoperasikan konsep itu dalam satuan pendidikan.
PHIM Pedoman Memajukan Pendidikan
Dayat, mencontohkan, konsep mengelola pendidikan dalam Pedoman Hidup Islami Muhammadiyah (PHIM). Dalam bagian Pedoman Pengelolaan Amal Usaha poin 6 disebutkan “Pimpinan amal usaha Muhammadiyah senantiasa berusaha meningkatkan dan mengembangkan amal usaha yang menjadi tanggung jawabnya dengan penuh kesungguhan. Pengembangan ini menjadi sangat perlu agar amal usaha senantiasa dapat berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiq al-khairat) guna memenuhi tuntutan masyarakat dan tuntutan zaman”.
“Tidak ada istilah memajukan itu murah apalagi murahan. Memiliki siswa 1000 pahala lebih besar, dari pada hanya siswa 100,” tandas Dayat.
Dayat menceritakan awal memimpin SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo. Maindsetyang terbangun saat itu bisa maju ya dana. Dayat memplesetkan dengan kalimat “ya dana, ya dana … dana”.
“Sudah saatnya menjadi sekolah yang gemar berkunjung menjadi dikunjungi, itu berarti ada yang menarik. Maka, pastikan ada yang menarik dari sekolah yang Anda pimpin,” urainya.
Jangan Ada Sekolah Copy Paste
Dayat mewanti-wanti, agar jangan ada lagi budaya copy paste. “Kita memiliki ciri khas dan pembeda dengan sekolah lain,” tuturnya.
Dayat mengungkapkan kisah sekolah Smamda, mulai tahun 2009 dikunjungi sekolah lain, karena memiliki pembeda melalui robotika. “Kompetisi nasional dan internasional menjadi juara. Tidak hanya sekolah yang besar, tapi Persyarikatan kita terangkat besar,” tandas mantan Aktivis IPM Jawa Timur ini.
Semakin banyak pembeda dan keunikan di sekolah, maka menurut Dayat semakin berpotensi sekolah akan dikunjungi.
Di bagian akhir sambutannya, Dayat berharap, aktifis lebih-lebih kepala sekolah, tidak selalu berharap apa-apa. “Yakinlah bila sekolah besar, Anda akan ikut besar,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni