PWMU.CO– Tadabur laut menjadi kegiatan santri SPEAM (Sekolah Pesantren Entrepreneur Al-Maun Muhammadiyah) Putra, Kota Pasuruan, Ahad (29/5/2022).
Para santri pagi-pagi sudah berbaris rapi dua shaf di depan gedung perkantoran pesantren. Memakai kaos, celana training dan bersepatu olahraga, mereka bersiap berolahraga dulu membuka aktivitas pagi setelah mengikuti tahfidh al-Quran dan praktik percakapan Bahasa Arab dan Inggris.
Syahdana Islakhin Mustamar, pembina asrama SPEAM kemudian memberi pengarahan. Pagi hari itu acaranya lari pagi keluar pesantren. Santri menyambut gembira. Ini kegiatan keluar pertama setelah setelah pandemi.
Syahdana menjelaskan lari pagi menuju pantai di Dusun Kaliketro, Desa Kalirejo, Kabupaten Pasuruan. Jarakanya 3 Km. Lari pagi sambil tadabur laut. Dia berpesan selama perjalanan memperhatikan etika di perjalanan.
”Ketika di jalan, jangan ada yang membuang sampah. Jangan ada di antara kalian yang merusak tanaman, dan memungut apa pun di jalan. Jalan di sebelah kiri, dan beri hak bagi pejalan kaki lainnya,” pesannya.
Hasil Laut
Menuju ke sana, para santri melewati jalan raya pantai utara. Hari masih pagi dan libur suasana jalan pun tampak sepi dan lengang.
Setelah melewati jalan raya, kini mereka melewati jalan selebar tiga meter dengan kondisi belum sepenuhnya beraspal. Beberapa truk dan kendaraan roda empat melewati menuju pabrik.
Beberapa ratus meter kemudian, mereka melewati jalan persawahan yang hijau. Tanaman padi yang baru tumbuh basah oleh butiran embun pagi. Tak jauh kemudian kampung nelayan sudah tampak di depan mata.
Di tepi pantai, belasan kapal nelayan bersandar. Dua kapal baru saja pulang dari tengah laut. Kapal mereka sudah penuh dengan tangkapan laut.
Di sepanjang pantai, berdiri rumah-rumah nelayan. Ibu-ibu sibuk mencuci kerang. Kerang yang sudah bersih itu biasanya mereka jual ke rumah makan. Atau para pengusaha rumah makan yang mendatangi rumah-rumah nelayan membelinya. Di Pasuruan rata-rata warung makan menyediakan sea food.
Para santri menempuh perjalanan selama 30 menit merasakan lelah terbayar ketika melihat pemandangan pantai yang tenang dan merasakan denyut kehidupan kampung nelayan.
Kesan Siswa
Muhammad Haris santri kelas XI menyampaikan, keluar sejenak dan berhenti dari rutinitas setelah enam hari belajar di pesantren sangatlah menyenangkan.
”Banyak hal yang bisa saya ambil dari kegiatan tadabur laut ini,” ungkapnya. ”Mensyukuri nikmat Tuhan salah satunya. Bahwa laut adalah anugerah Tuhan kepada manusia. Di sana para nelayan memperoleh ikan dan akhirnya sampai kepada kita, dan kita pun bisa menikmatinya,” tambahnya.
Meskipun begitu, lanjutnya, di bibir pantai terdapat tumpukan sampah plastik yang tidak terurai mencemari keindahan pantai. ”Diperlukan perubahan sikap dari warga untuk tidak membuang sampah di pantai, supaya laut tetap bersih,” ujarnya. (*)
Penulis Dadang Prabowo Editor Sugeng Purwanto