Saya Islam: Bukan Muhammadiyah, Bukan NU, Benarkah? Liputan, Ain Nurwindasari, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik Drs Mahfudz Asrofi MSI menyampaikan materi bertema Paham Agama dalam Muhammadiyah.
Materi tersebut disampaikan Mahfudz Asrofi dalam pertemuan rutin Corps Mubalighat Aisyiyah (CMA) se-Kabupaten Gresik yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik, di Gedung Dakwah Muhammadiyah PCM Dukun, Gresik, Ahad (12/6/2022).
Mahfudz mengawali materinya dengan menyampaikan beberapa testimoni masyarakat dalam memahami Muhammadiyah.
“Seorang aktivis mengatakan: ‘Saya Islam, bukan NU, dan bukan Muhammadiyah.’ Orang yang mengatakan semacam ini, benar atau tidak?” tanyanya kepada seluruh peserta.
Kemudian seluruh peserta kompak menjawab: “Tidak!”
Menurutnya, orang yang mengatakan dirinya Islam, tidak NU dan tidak pula Muhammadiyah telah salah dalam berpikir, sebab ia telah menyamakan dua organsisasi Islam tersebut dengan agama.
“NU dan Muhammadiyah bukan agama, tapi alat untuk memahami agama. NU dan Muhammadiyah adalah paham pemikiran tentang Islam. Bagaimana kita memahami, bagaimana kita mempraktikkan Islam, itu ada alat, ada caranya. Dalam hal ini, saya memahami Islam, saya mengikuti cara pandang Muhammadiyah,” jelasnya.
Dia melanjutkan beberapa testimoni yang kurang tepat tentang Muhammadiyah, di antaranya pernyataan: “Ibu itu baik, sayangnya Muhammadiyah.”
Atau, “Bapak ini pasti bukan orang Muhammadiyah karena bacaan Qurannya bener. Orang Muhammadiyah umumnya tidak bisa baca al-Quran.”
Persepsi Salah tentang Muhammadiyah
Pernyatan-pernyataan semacam itu dinilai telah membentuk persepsi bahwa Muhammadiyah adalah organisasi yang layak dibenci.
Mahfudz menjelaskan Muhammadiyah bukanlah seperti anggapan sebagian masyarakat di atas.
“Muhammadiyah besar bukan karena uang, tapi karena gagasan, ketekunan, kreativitas, keikhlasan para aktivis dengan amanah menjaga kebermanfaatan,” jelasnya.
Meski demikian Mahfudz memaklumi adanya anggapan-anggapan yang kurang tepat tentang Muhammadiyah. Hal ini karena Muhammadiyah terus bergerak.
“Ada kaidah: kullu maa tammal amru, badaa naqsuhu. Bahwa segala sesuatu yang telah selesai dikerjakan, akan muncul kekurangannya,” jelasnya.
Menurut Mahfudz, Muhammadiyah sering disebut organisasi modern karena teratur, disiplin, dan rasional. Dalam organisasi modern, yang bekerja adalah sistem, bukan kharisma personal.
“Muhammadiyah lahir, tumbuh dan berkembang karena paham agama Islam yang melekat pada pendirinya, yakni Kiai Ahmad Dahlan yang terinspirasi dari beberapa ayat al-Quran antara lain surat Ali Imran: 104 dan 110, an-Nahl: 125, al-Maun dan al-Ashr, yang mendorongnya mendirikan pergerakan Muhammadiyah,” terangnya.
Baca sambungan di halaman 2: Mulai dari Paham Muhammadiyah