PWMU.CO – Selain ada hari besar Islam dan Nasional, ternyata ada hari yang digemari sebagian anak muda, yaitu Hari Valentine. Hari itu diperingati setiap tanggal 14 Februari. Dengan berlabelkan cinta dan kasih sayang, hari Valentine ini semakin membudaya di dunia, termasuk di Indonesia. Lantas bagaimana sebenarnya Islam memandang masalah ini?
Almarhum KH Mu’ammal Hamidy dalam bukunya “Islam dalam Kehidupan Keseharian” secara ringkas menjelaskan masalah ini. Menurutnya, Valentine’s Day atau Hari Valentine, diambil dari nama seorang bernama Santo Valentine, berkebangsaan Italia.
(Baca juga: Hasil Penelitian: 58 Persen Pelajar SMP Sudah Berani Mojok Berduaan dengan Pacar)
Konon dia seorang tokoh Kristen yang menganjurkan anak-anak muda kawin dini daripada melakukan seks bebas di luar nikah. Suatu kebijakan yang bertentangan dengan pemerintah yang berkuasa waktu itu, yang melarang pernikahan dini. Akhirnya dia dijatuhi hukuman mati.
Untuk mengenang jasanya, dari kalangan anak muda menjadikan hari kematiannya itu sebagai hari penting yang perlu diperingati. Selanjutnya, disebut Valentine’s Day atau Sint Valentine’s Day: hari kasih sayang atau hari cinta kasih, yang jatuh pada 14 Februari. Karena, kematian Santo Valentine jatuh pada tanggal tersebut.
(Baca juga: Jelang 14 Pebruari, IMM Sebarkan GSM dan Aksi Bela Pelajar Jilid II Tolak Valentine’s Day)
Bersamaan dengan kemajuan teknologi, hari Valentine menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim. Dan, banyak anak-anak muda kita ikut-ikutan. Di lihat dari sejarahnya, Valentine’s Day tidak ada hubungannya dengan Islam, bahkan lebih banyak dengan Kristen karena tokoh Santo Valentine adalah seorang Kristen.
Menurut Mu’ammal Hamidy, Valentine’s Day merupakan masalah yang tidak termasuk aqidah dan juga ibadah mahdlah (ritual), tetapi menyangkut moral pergaulan. Sehingga jika dilakukan dengan cara-cara permisif yang tidak Islami, otomatis dilarang dan hukumnya haram.
(Baca juga: Cerita Din Syamsuddin Tentang Agama Setan dan Ritual Seks)
Dalam tulisannya, Mu’ammal juga mengingatkan agar umat Islam jangan sampai bisa dikibuli para pebisnis yang memanfaatkan acara ini untuk merusak moral bangsa. Karena dalam praktiknya, ada semacam “kebijakan” agar umat mendekat kepada perbuatan maksiat berbentuk khalwat (laki dan perempuan bercampur baur).
Misalnya saja, jika seorang laki-laki mengikuti acara Valentine’s Day membawa teman yang sama laki-laki, keduanya diharuskan membayar tiket sendiri-sendiri. Namun, jika dengan cewek, ternyata hanya cukup membayar satu tiket.
(Baca juga: Pelajar SMPM 3 Banyuwangi Serukan No Valentin dengan Jalan Sehat dan Bersih-Bersih Pantai Bom)
Dalam Islam, cinta kasih harus berjalan simultan sebagaimana diisyaratkan dalam al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 10 dan 13. Dalam hadits Nabi Muhammad saw juga dikatakan:
عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اَلْمُؤْمِنُ يَأْلِفُ وَيُؤْلَفُ، وَلاَ خَيْرَ فِيْمَنْ لاَ يَأْلِفُ، وَلاَ يُؤْلَفُ، وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ (رواه الطبراني)
Orang Mukmin itu pengasih sayang juga dikasih-sayangi, dan sama sekali tidak ada kebaikannya seseorang yang tidak berkasih sayang dan tidak dikasih-sayangi, sedang sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. (HR Thabrani).
Masih banyak ayat maupun hadits semakna yang menyerukan orang Mukmin bercinta kasih. Namun, tentu harus tetap dilakukan dengan cara-cara yang sesuai aturan Islam.
Allahu a’lam bi al-shawab. (kholid)