PWMU.CO – Spirit Kurban untuk Membangun Bangsa Berkemajuan; Naskah Khutbah Idul Adha 1443 oleh Abdul Kholid Achmad, Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Gresik
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي جَعَلَ هَذَا الْيَوْمَ عِيْدًا لِعِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ،
والحمد لله الواحد القهار، العزيز الغفار، مكور الليل علي النهار، تذكرة للقلوب و الاءبصار، و تبصرة لذوي الاءلباب و الاءعتبار.
اشهد ان لا اله الا الله البر الكريم و الرءوف الرحيم. و اشهد ان محمدا عبده و رسوله، و حبيبه، و خليله الهادي الي صراط المستقيم.
صلوات الله و سلامه علي ساءر النبيين، و ساءر الصالحين.
قال الله تعال : اِنَّاۤ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَ : فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَا نْحَرْ : اِنَّ شَا نِئَكَ هُوَ الْاَ بْتَرُ
Allahu akbar, Allahu akbar
Hadirin marilah kita bersyukur dalam suasana yang khusuk di hari yang penuh dengan keberkahan ini, dengan senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT. Dengan iman dan takwa kita senantiasa dalam kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Bersyukur atas nikmat Allah yang memberikan kesempatan kepada kita, di mana hari ini masih dalam keadaan Islam, sehat jasmani dan rohani. Di saat sebagian dari saudara kita sedang berada di Tanah Suci untuk menyelesaikam ibadah haji.
Kita berdoa semoga jamaah yang mendapatkan panggilan Allah semuanya memperoleh predikat haji mabrur dan mendapatkan pahala di sisi Allah SWT sesuai yang dijanjikan-Nya.
Sebagaimana kita bersama ketahui, dalam Islam terdapat dua hari raya yang telah dijelaskan dalam wahyu al-Qur’an beserta tanda-tandanya.
Pertama, Idul Fitri yang ditandai dengan awal turunnya al-Qur’an pada bulan Ramadhan dan diproklamasikannya Islam kepada masyarakat dunia.
Kedua, Idul Adha yang ditandai dengan berakhirnya wahyu al-Qur’an pada tanggal 9 Dzulhijjah di saat Rosulullah SAW berada di Padang Srafah dengan turunya Al-Maidah:3
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اَ لْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَ تْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِ سْلَا مَ دِيْنًا ۗ فَمَنِ اضْطُرَّ فِيْ مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّاِثْمٍ ۙ فَاءنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.
Ayat di atas, mengandung pelajaran yang dapat kita ambil hikmahnya sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW.
Pertama, Islam adalah agama samawi yang menyempurnakan agama-agama sebelumnya yang telah diturunkan oleh Allah, dengan segala kesempurnaannya. Hal tersebut menjadi kenyataan yang tidak dapat dibantah oleh siapapun sepanjang zaman hingga akhir nanti.
Pengertian tersebut mengandung sebuah konsekuensi logis bagi umat Islam untuk bertanggungj awab bahwa umat Islam harus memiliki kesanggupan memahami Islam secara sempurna (kaffah) dan tidak sepotong-potong (parsial).
Kedua, bahwa Islam adalah inti dari semua nikmat Allah SWT kepada umat manusia yang harus dipertahankan sampai akhir hayatnya.
Bahkan firman Allah SWT menyatakan nikmat yang sesungguhnya adalah apabila seorang meninggal dalam keadaan Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Ali Imran 102:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”
Ketiga, bahwa ridha Allah SWT hanya ada dalam Islam, maka siapapun yang hendak mendapatkan ridha-Nya maka dia harus berislam, yakni beriman dengan mengakui keesaan Allah dan tiada sekutu bagi-Nya. Itulah kiranya kita sering dianjurkan untuk berdoa:
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالْاِسْلَامِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَسُوْلًا وَنَبِيًّا وَبِاْلقُرْآنِ حُكْمًا وَاِمَامًا
“Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, Muhamamd sebagai rasul dan nabi panutanku, dan Alqur’an sebagai dasar hukum dan imamku.”
Allahu akbar, Allahu akbar
Bulan Dzulhijjah terdapat ibrah sebagai dasar syariat ibadah yang dijelaskan dalam al-Qur’an melalui kisah Nabi Ibrahim AS, yakni ibadah haji dan kurban.
Kisah tersebut sebagaimana perintah Allah kepada Nabi Ibrahim AS tertuang dalam an-Nahl 123. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ثُمَّ اَوْحَيْنَاۤ اِلَيْكَ اَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًا ۗ وَمَا كَا نَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), “Ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan dia bukanlah termasuk orang musyrik.”
Bukan hanya ibadah mahdah, Nabi Ibrahim Allah diberikan tuntunan untuk membangun negara sebagaimana pembangun Kota Mekah al-Mukaramah yang tersirat dalam doa beliau yang diabadikan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 126. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَاِ ذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّارْزُقْ اَهْلَهٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنْ اٰمَنَ مِنْهُمْ بِاللّٰهِ وَا لْيَوْمِ الْاٰخِرِ ۗ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَاُمَتِّعُهٗ قَلِيْلًا ثُمَّ اَضْطَرُّهٗۤ اِلٰى عَذَابِ النَّارِ ۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Mekah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,” Dia (Allah) berfirman, “Dan kepada orang yang kafir akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.
Allahu akbar, Allahu akbar
Dari ayat di atas, terdapat tiga hal yang pokok (fundamental) dalam kehidupan pada suatu bangsa dannegara.
Pertama, adanya keimanan yang kuat pada suatu masyarakat akan terciptanya kehidupan nan tenang dan ketentraman. Namun apabila suatu masyarakat tidak dalam keimanan niscaya hilangnya ketenangan dan ketentraman yang ditandai terjadinya banyak kemungkaran, kejahatan, dan kemaksiatan.
Kedua, kecukupan ekonomi individu pada suatu masyarakat yang berimbas pada kemakmuran rakyat keseluruhan. Namun sebaliknya jika tidak terdapat keimanan pada suatu masyarakat, niscaya kerakusan idividu dalam bentuk korupsi, kemalasan bekerja sehingga memicu pencurian, dan keserakahan dalam menumpuk-numpuk harta tanpa memiliki rasa empati terhadap sesama.
Allahu akbar, Allahu akbar
Ketentraman, keamanan, dan kecukupan ekonomi adalah bagian penting dalam suatu peradaban masyarakat yang harus diperjuangkan. Dengan penguasaan pada ketiganya, peningkatan ilmu pengetahuan dengan dasar iman dan takwa dapatlah diwujudkan. Perwujudan tersebut akan lahir dari jiwa jiwa yang cerdas, kerja keras, cakap. Karena itulah Rasulullah bersabda:
“Orang Mukmin yang kuat aku cintai daripada orang Mukmin yang lemah.” (HR Muslim)
Kecerdasan, kerja keras, dan kecakapan dengan pondasi iman akan mengantarkan masyarakat yang senantiasa dicintai Allah SWT. Karena mereka akan memaksimalkan waktu mereka untuk dunia namun tidak lupa dengan ibadah kepada Allah.
Dalam firman Allah surat al-Insirah 7-8, Allah berfirman: “Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh sungguh (urusan) yg lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
Keimanan yang dijadikan pondasi oleh suatu bangsa akan menghadirkan rahmat Allah SWT, berupa kemakmuran, kesejahteraan, keadilan, keamanan, dan ketentraman.
Firman Allah SWT al-A’raf 96
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
Dasar-dasar keimanan sebagaimana tersurat dalam Al Quran, telah jelas bagi kita untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dalam bingkai bangsa dan negara. Kebersamaan dalam mewujudkannya diperlukan sebagai bagian dari ukhwah Islamiyah dan ukhuwah basariyah.
Allahu akbar, Allahu akbar
Cerminan ketaatan iman dan ketakwaan dari Nabi Ibrahim AS. juga tercermin ketika beliau menjadi seorang ayah dari Ismail yang juga sangat taat kepada Allah sebagaimana ayahnya.
Manakalah Nabi Ibrahim AS mendapatkan perintah menyembelih anak semata wayang yang dimilikinya (Ismail) keduanya melaksanakan dengan kesungguhan dan kesabaran. Firman Allah SWT dalam ash-Shaffat 102 menjelaskan:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْۤ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْۤ اَذْبَحُكَ فَا نْظُرْ مَاذَا تَرٰى ۗ قَالَ يٰۤاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِيْۤ اِنْ شَآءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Peristiwa dalam ayat tersebut, dapatlah diambil hikmah bahwa ajaran Islam memberikan anjuran kepada umat manusia agar bisa mengorbankan kepemilikan, bahkan yang dicintai. Pengorbanan dalam arti luas sebagai suatu masyarakat adalah dengan memiliki kesediaan untuk mengorbankan waktu, harta untuk kepentingan sesama manusia.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَنْ تَنَا لُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗ وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِ نَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ
“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu, sungguh Allah Maha mengetahui.”
(Ali Imran 92)
Adalah kaum Ansar ketika datangnya kaum Muhajirin ke Madinah, yang telah mengorbankan sebagian kepentingan mereka dan harta mereka untuk menolong kaum Muhajirin saat hijrah bersama Nabi Muhammad SAW. Meskipun diketahui bahwa kaum Ansar dalam keadaan yang serba keterbatasan. Gambaran kisah tersebut diabadikan dalam firman Allah al-Hasyr 9:
وَالَّذِيْنَ تَبَوَّؤُ الدَّارَ وَا لْاِيْمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَاجَرَ اِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُوْنَ فِيْ صُدُوْرِهِمْ حَاجَةً مِّمَّاۤ اُوْتُوْا وَيُؤْثِرُوْنَ عَلٰۤى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۗ وَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Pengorbanaan oleh Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan juga kaum Ansar, setidaknya menjadi bagian yang seharusnya tidak terpisahkan dari diri kita sebagai muslim. Hidup tanpa pengorbanan untuk kepentingan umum dan kesejahteraan umat manusia adalah kehidupan yang kering tanpa manfaat, laksana tumbuhan yang tak berbuah.
Nabi Muhammad sebagai uswatun hasanah kita semua bersabda bahwa “Sebaik baik manusia adalah yg bermanfaat bagi manusia lainnya.”
خير الناس انفعهم للناس
Akhirnya marilah kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita serta semangat pengorbanan untuk mencapai masa depan Islam yg lebih baik dalam naungan ridho Allah SWT. Amin. Dan marilah khutbah ini kita tutup dengan bersama sama berdoa kepada Allah SWT:
سْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَا بِهِ اَجْمَعِيْنَ, وَارْضَى عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُوءْمِنِيْنَ وَالْمُوءْمِنَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ ِانَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ أَعِزَّالْإِسْلَامَا وَالْمُسلِمِين
وَجْمَعْ كَلِمَةَ الْمُسْلِمِينَ عَلَى الْحَقِّ يَا رَبَّ الْعَلَمِينَ
اَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا كَمَا أَلَّفْتَ بَيْنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنْصَارِ
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا… وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ, رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبّى اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَالسَّلاَمُ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Editor Mohammad Nurfatoni