PWMU.CO– Lambang cinta totalitas Nabi Ibrahim dan Hajar menjadi topik khotbah Idul Adha disampaikan oleh Mohammad Su’ud SPdI di halaman Perguruan Muhammadiyah Bulubrangsi Laren Lamongan, Sabtu (9/7/2022).
Shalat ini diadakan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Bulubrangsi. Imam shalat Id oleh Muhammad Relung Fazlur Rahman, putra Mohammad Su’ud.
Su’ud mengatakan, kita belajar meneladani keteguhan, kesabaran, dan keuletan dua hamba Allah pilihan, Nabi Ibrahim dan Hajar, istrinya.
Kepala SMK Muhammadiyah 6 Modo Lamongan ini menyampaikan, kisah ini tidak akan pernah kita jumpai dalam film dan sinetron. ”Begitulah Allah menjadikan semua peristiwa-sejarah dalam kitab suci al-Quran sebagai ibrah umat setelahnya,” kata Su’ud.
Sekretaris Majelis Tabligh PDM Lamongan ini menambahkan, Nabi Ibrahim merupakan sosok Bapak Tauhid yang mampu melahirkan generasi Ismail dan Ishaq.
Siti Hajar, seorang perempuan tangguh, seorang istri yang mampu menempa mental Ismail di padang tandus, penakluk medan yang tidak terbayangkan oleh akal biasa. Cerita ini tak akan lapuk dimakan zaman.
Mohammad Su’ud juga mengulas balik kisah keluarga Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Pernikahan Nabi Ibrahim dan Siti Hajar telah melahirkan Ismail. Keduanya lambang cinta totalitas. Lalu Nabi Ibrahim membawa Siti Hajar dan Ismail menuju lembah kering.
”Setelah Nabi Ibrahim menempatkan anak dan istrinya itu, kemudian balik badan kembali ke daerah asalnya. Nabi Ibrahim bergegas pulang dengan menitikkan air mata. Tidak menoleh ke belakang walaupun Hajar berkali-kali memanggil namanya.
Nabi Ibrahim mengabaikan panggilan istrinya. Melanjutkan langkahnya yang berat. Ibrahim berdoa seperti diabadikan dalam surat Ibrahim ayat 37.
رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ ٱلْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجْعَلْ أَفْـِٔدَةً مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهْوِىٓ إِلَيْهِمْ وَٱرْزُقْهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
Doa adalah perbekalan terakhir. Bila doa sudah terkirim ke langit, maka Allah akan mengirim 1000 malaikat untuk menyelesaikan urusan hambaNya.
Delapan Ibrah
Mohammad Su’ud menyampaikan delapan ibrah lambang cinta totalitas Nabi Ibrahim dan Hajar bagi umat manusia.
Pertama, kisah ini terjadi setelah Nabi Ibrahim diuji dibakar api. Kemudian berhijrah. Kisah Nabi Ibrahim ini menunjukkan keutamaan hijrah. Hijrah pertama di muka bumi adalah hijrahnya Nabi Ibrahim dari Irak ke Syam.
Kedua, kecintaan kepada Allah mesti dikedepankan daripada kecintaan pada istri dan anak.
Ketiga, orang beriman mesti diuji keimanannya. Kata Ibnu Taimiyah, maksud dari perintah menyembelih di sini adalah Allah memerintah kekasihnya (khalilullah) untuk menyembelih putranya, yang memang perintah ini amatlah berat.
Itulah ujian bagi Ibrahim untuk membuktikan kalau ia murni mencintai Allah dan menjadikannya kekasih Allah seutuhnya. Itulah tanda kecintaan yang sempurna pada Allah.
Keempat, ada balasan besar bagi orang yang berbuat ihsan, sabar dan taat pada Allah.
Kelima, Siti Hajar adalah lambang keteguhan dan kesabaran dan mengajarkan bahwa selalu ada harapan di akhir perjalanan asalkan membuang jauh-jauh sifat pesimisme.
Keenam, keyakinan akan mematahkan ketidakmungkinan. Siti Hajar telah membuktikan bahwa kecintaan yang tiada batas kepada Allah swt mendatangkan keajaiban yang tidak terduga. Cinta secara tulus selalu berbalas kebaikan.
Ketujuh, hidup harus ada target dan cita-cita, agar tidak hampa dan salah arah.
Kedelapan, orang yang dalam puncak kesulitan akan dibukakan jalan keluar. Ibnu Katsir mengambil pelajaran dari kisah Ibrahim ini dengan mengatakan, itulah balasan bagi orang yang menaati Kami ketika berada dalam kesulitan dan kesempitan, maka dijadikan dalam urusan mereka jalan keluar. (Ath-Thalaq ayat 2-3).
Penulis Maslahul Falah Editor Sugeng Purwanto