Tulisan Baik Menurut A. Hassan, Contoh Kolom Ayip Bakar dan Mahbub Djunaidi; Oleh M. Anwar Djaelani, dosen Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Jatim dan penulis buku-buku.
PWMU.CO – Kita suka membaca? Alhamdulillah, ini sesuai perintah Allah. Terkait ini, tentu kita membutuhkan tulisan dengan jumlah tak terbatas sebagai salah satu sumber bacaan. Tulisan yang dimaksud harus berkualifikasi baik agar bisa menguatkan iman dan takwa.
Tampak, tulisan adalah salah satu media dakwah yang sangat penting. Selanjutnya, mengingat semua berkewajiban berdakwah, maka ada baiknya kita berusaha untuk belajar menjadi penulis yang baik. Disebut penulis yang baik jika tulisan kita mencerahkan dan dibaca banyak orang.
Di titik ini, sungguh penting memperhatikan arahan A. Hassan (1887-1958) tentang kriteria tulisan yang baik. Ulama besar yang juga penulis produktif dan andal itu telah menulis puluhan buku. Sementara, karya puncaknya adalah Tafsir Al-Furqan. Artinya, petunjuk A. Hassan dalam hal tulis-menulis patut kita pelajari.
Menurut A. Hassan ada tiga syarat tulisan yang baik. Syarat itu, yaitu: Isi berguna, Enak dibaca, dan mudah dipahami.
Isi Berguna
Tulisan kita harus bermanfaat, kata A. Hassan. Tinggalkan menulis sesuatu yang sia-sia. Perhatikan hadits ini: “Sebagian tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya” (HR Tirmidzi).
Tulisan itu hakikatnya adalah pembicaraan seseorang. Dengan demikian, berkata-katalah atau menulislah, hanya yang baik-baik saja.
Apa ukuran baik? Baik dalam hal isi maupun cara menyampaikan atau menuliskannya. “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam” (HR Bukhari dan Muslim).
Tulisan kita harus berguna. Misal, ada berita seperti berikut ini. Berita pertama, 14 Juli 2022: “Lepas Jilbab Sisakan Rok Mini untuk Lawakan, Nuramira Abdullah Jadi Pesakitan” (baca https://m.jpnn.com/).
Berita kedua, 24 Juni 2022: “Polisi Diminta Beri Efek Jera untuk Holywings yang Dinilai Lecehkan Islam” (baca https://www.republika.co.id/).
Atas kedua berita di atas kita bisa merespons sekaligus memberikan pencerahan ke masyarakat dengan menulis, misalnya dengan judul: “Kabar Buruk bagi Pengolok-olok Agama”. Ada harapan, masyarakat tercerahkan untuk tak sekali-kali berani memperolok-olok agama karena balasannya pedih dari Allah (baca https://pwmu.co/).
Baca sambungan di halaman 2: Enak dibaca dan Mudah Dipahami