Untuk melahirkan lulusan yang berkarakter, Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) sudah mendesak adanya rumusan mata kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan (AIK) yang mampu meresap pada diri mahasiswa. Karena AIK merupakan ikon PTM yang menjadi pembeda karakter alumni dengan perguruan tinggi lain.
“Jadi mata kuliah AIKi harus dirancang tidak hanya menjadi pembeda, tapi juga membekas pada setiap alumni untuk memiliki perilaku jujur, perilaku amanah dan bisa dipercaya yang menjadi simbol Muhammadiyah,” jelas Prof Dr Khudaifah Dimyati, Ketua Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM), Kamis (11/2/2016).
Untuk merumuskan AIK, APPPTM akan menggelar worshop sehari di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (13/2/2016). Workshop diikuti sekitar 60 peserta terdiri utusan Pascasarjana 25 orang, Wakil Rektor Bidang AIK 25 orang ditambah dari Majlis Dikti PPM Devisi AIK dan pengurus APPPTM.
Sementara ini ada kesan mata kuliah AIIK terabaikan. Proses belajar mengajar yang berjalan secara klasikal. Kemudian apakah AIK terwujud dalam perlaku, belum ada riset. “Kami ingin AIK bisa mentransformasi perilaku mahasiswa. Jadi setelah kuliah berjalan tudak hanya dinilai, tapi juga perlu ada evaluasi. Sejauh ini belum ada evaluasi.”
Harus ada rumusan baru bagaimana matakuliah AIK menjadi sesuatu yang menjadi pemberi ciri PTM ysng tidak dimikiki perguruan tinggi lain. Ketika masih aktif sebagai mahasiswa AIK hsrus bisa masuk dalam proses penulisan tesis atau desertasi. Di situ AIK bisa muncul sebagai unsur pewarna.
Prof Dimyati mengaku untuk mrmbuat rumusan baru bagaimana mata kuliah AIK menjadi ciri PTM tidak mudah. Perlu dorongan yang kuat dari berbagai pihak di lingkup Muhammadiyah termasuk PTM.