Salafi, Jadilah Tamu yang Baik di Amal Usaha Muhammadiyah; Kołom oleh Prima Mari Kristanto, akuntan berkantor di Kota Surabaya.
PWMU.CO – Maraknya tulisan aktivis dan warga Muhammadiyah mengenai dakwah gerakan salafi menarik dicermati. Muncul prokontra bahkan ada yang mempertanyakan kenapa harus dipermasalahkan.
Bagi pengamat yang kurang terlibat di dalam ormas Muhammadiyah, baik terlibat aktif dalam gerakan kultural atau struktural, sepertinya sikap aktivis Muhammadiyah terhadap gerakan salafi berlebihan.
Sebagian aktivis Muhammadiyah menulis di kolom-kolom media online, media sosial mereka, bahkan ada yang menulis buku tentang Muhammadiyah dan salafi.
Amal usaha Muhammadiyah terlebih masjid bagi aktivis struktural dan kultural Muhammadiyah bukan sekadar venue atau tempat shalat. Masjid-masjid Muhammadiyah sebagai tempat shalat berjamaah sudah pasti, di samping itu juga menjadi pusat pendidikan dan koordinasi beragam kegiatan.
“Masjid-masjid Muhammadiyah yang ramah dan terbuka bagi semua kalangan seringkali dijadikan tempat berkumpul bahkan mengadakan kegiatan oleh aktivis dan jamaah salafi.”
Dua tipe masjid Muhammadiyah yaitu yang secara jelas menamakan sebagai masjid Muhammadiyah, asetnya tercatat sebagai milik Persyarikatan atau tanpa menyebutkan nama Muhammadiyah dengan beragam sebab. Contoh yang kedua ini antara lain Masjid Jogokariyan di Yogyakarta dan Masjid Sunan Drajat di Lamongan.
Telah disinggung dalam banyak tulisan tentang keberadaan kegiatan kelompok tertentu khususnya salafi di masjid-masjid Muhammadiyah.
Masjid bagi aktivis dan warga Muhammadiyah merupakan sebuah kebanggaan atau base camp, bisa disetarakan dengan base camp sebuah klub sepakbola. Suporter bonek Persebaya Surabaya misalnya yang menjadikan Gelora 10 November Tambaksari dan kini Gelora Bung Tomo sebagai tempat yang sakral.
Demikian juga tim dan suporter Liverpool yang sangat bangga dengan base camp mereka sampai-sampai punya jargon This is Anfield. Base camp atau bahasa sehari-hari menyebut kandang sebagai tempat yang sulit dijelaskan dengan kalimat. Suporter yang sekadar kumpulan massa saja punya kebanggaan, apalagi ormas berbadan hukum.
Gerakan dakwah salafi sebagai kelompok yang relatif baru dibandingkan Muhammadiyah, NU, Al Irsyad, Persis, Hidayatullah, dan sebagainya ibarat sedang mencari jati diri dan base camp. Masjid-masjid Muhammadiyah yang ramah dan terbuka bagi semua kalangan seringkali dijadikan tempat berkumpul bahkan mengadakan kegiatan oleh aktivis dan jamaah salafi.
Baca sambungan di halaman 2: Tempat Penyebaran Ideologi