Islam di Antara Yahudi At-Taqshir dan Nasrani Al-Ghuluw; Liputan Ain Nurwindasari, kontributor PWMU.CO Gresik. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Ketua PWM Jawa Timur Dr M Saad Ibrahim MA menjelaskan materi Islam Wasathiah dalam kegiatan Bimbingan Teknis Dai Komunitas yang digelar Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur di Hotel Horison, Sabtu (27/08/2022).
“Karena yang diminta itu istilahnya Islam wasathiah, sebenarnya yang benar itu al-islamu al-washatiyyu, karena islam itu mudzakkar maka sifatnya juga harus mudzakkar,” jelasnya.
Saad menerangkan kata wasath terdapat di surat al-Baqarah ayat 143:
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ
Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.
“Nah ketika Nabi berada di Mekah itu mengambil posisi menghadap ke arah Baitul Maqdis, tapi ketika di Madinah, Nabi harus membelakangi, karena itu turun firman Allah, terutama ayat sebelum ini yang mengubah dari Baitul Maqdis ke Baitullah di Mekkah itu, dan itu diturunkan ketika Nabi shalat,” terangnya.
Saad melanjutkan, “Menghadapi hal ini kemudian orang-orang Yahudi, itu mencela, kok nggak istikamah, kok nggak konsisten?” terangnya.
Menurut Saad, hal ini terjadi lantaran umat Yahudi dikecewakan ketika menghadap Baitul Maqdis di Yerusalem, yang merupakan kota yang juga diagungkan oleh Yahudi.
“Maka dicela yang seperti itu. Dari situlah firman Allah tadi berbunyi wakadzalika, dan demikianlah, kami jadikan kalian sebagai umat wasath. Maknanya yang Yahudi tadi, termasuk yang Nasrani, itu tidak masuk umat yang wasath tadi,” jelasnya.
Saad meyakinkan bahwa hal itulah yang membedakan umat Islam dengan umat Yahudi dan Nasrani.
Saad lantas memaparkan nakna kata wasath menurut kitab Tafsir Ath-Thabari yang memiliki tiga arti.
“Pertama, umat yang terbaik, khairu ummah, atau khiyaru ummah. Kedua, al-‘adl, al’adalah, yakni umat yang adil. Dan ketiga, alladzi huwa baynat tharafaini, yakni umat yang berada di antara dua sisi, dalam bahasa kita, tidak ekstrem kanan, tidak ekstrrm kiri, nah ini lebih terkait bukan dengan agama, tapi dengan keberagamaan,” terangnya.
Baca sambungan di halaman 2: Beda Yahudi dengan Nasrani