Drumband Hamas School Meriahkan Karnaval Desa, liputan kontributor PWMU.CO Gresik Nurkhan
PWMU.CO – Grup Drumband SMP Muhammadiyah 13 Campurejo ((Hamas School), Panceng berpartisipasi dalam kegiatan karnaval HUT Ke-77 RI di Desa Campurejo Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur Ahad (28/8/22).
Kepala Hamas School Nurul Wakhidatul Ummah SKom menyampaikan tampilan karnaval ini berhasil tampil beda dengan peserta lainnya, walaupun sifatnya sebagai peserta undangan.
“Dalam keikutsertaan tersebuh, Hamas School tampil dengan kostum tertata apik sehingga bisa memberi nilai positif kepada masyarakat. Untuk itu, sekolah mewajibkan anak-anak memakai kostum yang sudah ditentukan sekolah,” katanya.
“Kostum yang dikenakan pun beragam. Ini yang membuat daya tarik masyarakat,” ujarnya.
Pakaian Adat
Nurul menjelaskan barisan karnaval Hamas School dipimpin seorang ratu, diikuti barisan drumband dan barisan siswa kelas IXA dan IXB dengan kostum Dayak. Kemudian diikuti kelas VIIA putri berkostum Jawa dan VIIB putra berkostum Madura.
“Barisan berikutnya kelas VII B putri Minangkabau, diikuti 7B putra Bali. Barisan selanjutnya kelas VIIIA Putri memakai pakaian adat Jambi, sedangkan VIIIA putra Betawi, sedangkan barisan terakhir kelas VIII B putri kostumnya Lampung dan kelas VIII B putra pakaian Aceh,” katanya.
Kostum Guru
Nurul mengungkapkan tidak mau kalah dengan siswa, guru termasuk kepala sekolah memakai kostum karnaval yang berbeda-beda. Ada yang yang memakai pakaian adat Bali, Dayak, Yogyakarta, Batak, Padang, dan Madura.
“Selain menarik dan apik variasinya pakaian adat yang dipakai guru, ada yang mengejutkan dan benar-benar asli kostum yang dipakai ustadz Mohammad Rofiq SH. Dia memakai baju adat khas Papua yaitu Holim atau lebih dikenal dengan nama koteka,” ucapnya.
Dikonfirmasi PWMU.CO, Rofiq, panggilan akrab Muhammad Rafiq, mengatakan koteka itu terbuat dari bahan dasar tanaman berupa kulit labu air yang dikeringkan, yang bagian dalamnya berbentuk biji dan daging dibuang.
“Akan tetapi, terdapat perbedaan pada bentuk Koteka berdasarkan suku yang menggunakannya. Suku Yali misalnya menggunakan bentuk labu yang panjang, sedangkan Suku Tiom biasanya menggunakan dua labu,” jelas Rofiq yang pernah berdomisili di NTT selama 20 tahun tersebut.
Mahkota Indah
Rofiq menjelaskan sebelum memakai baju adat, terlebih dahulu memakai t-shirt dan celana hitam, kemudian dilapisi Holim atau koteka. Berhias kalung yang berasal dari gigi gajah, kepalanya berhias rumbai kepala yang terbuat dari bulu kasuari coklat dan bulu kelinci yang berwarna putih.
Sedangkan bulu kelinci ada di bagian bawah. Sementara bulu kasuari yang panjang di bagian atas bentuknya menyerupai mahkota indah. Saat berpakain baju adat Papua, penampilannya mirip orang Papua sesungguhnya. Apalagi ditambah dengan memegang tombak yang berasal dari kaki burung kasuari dengan sandal kulit di kakinya.
“Baju tersebut saya beli dari teman ketika waktu itu saya masih mengajar di Papau. Sedangkan tombak yang berasal dari kaki burung kasuari tersebut membeli ketika ada pameran di Jakarta,” terangnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.