PWMU.CO– Tiga tahap menumbuhkan semangat berjam’iyyah disampaikan oleh Mahsun Djayadi dalam Ngaji Reboan di Masjid Kholid bin Walid Kupang Panjaan Surabaya, Rabu (7/9/2022)
Di awal paparannya, Mahsun Djayadi menyampaikan landasan teologis membentuk wadah perjuangan bagi kaum muslimin dan bangsa Indonesia. Yaitu surat Ali Imran ayat 104.
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ -١٠٤-
Hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
”Untuk mengaplikasikan kandungan ayat tersebut dibutuhkan jamaah yang utuh dan kokoh. Jamaah yang utuh dan kokoh itu biasanya disebut jam’iyyah yakni terbentuknya jamaah yang riil. Dalam bahasa sehari-hari disebut berorganisasi,” kata Mahsun yang Direktur Ma’had Umar bin Khattab UM Surabaya.
Menurut dia, ada tiga tahap menumbuhkan semangat berjam’iyyah atau berorganisasi.
Pertama, takwin al-syakhshiyyah. Yakni pembentukan kepribadian berbasis iman.
Pembentukan kepribadian disebut dalam surat Luqman ayat 13-19
(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” Dan Kami Perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tua-nya. lbunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku Beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Luqman berkata), “Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan Memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Teliti. Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting. Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan sederhanakanlah dalam berjalan, dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
Kedua, takwin ruh al-jama’ah. Yakni pembentukan semangat berjamaah. Jika semangat berkumpul yang produktif ini telah tercipta, maka tahap inilah yang menjadi landasan selanjutnya bagi terwujudnya shaf atau barisan yang kompak dalam melaksanakan berbagai kegiatan.
Dari sini muncullah sikap kebersamaan, egalitarianism, merasa sehidup sepenanggungan, seaqidah seperjuangan, saling membantu dan menolong, saling memberi nasehat, dan saling memberi semangat.
Ketiga, takwin al-harakah. Pembentukan kesamaan gerakan. Diharapkan adanya kesadaran akan pentingnya gerakan bersama-sama serta memanfaatkan segala potensi yang ada.
Pada tahap ini seorang kader sudah tidak merasa lagi pengangguran karena tidak punya keahlian. Yang ada adalah kesadaran bahwa masing-masing manusia itu punya kelebihan dan kekurangan.
Sesuai dengan firman Allah dalam surat ash-Shaf ayat 4
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفّاً كَأَنَّهُم بُنيَانٌ مَّرْصُوصٌ -٤-
Sesungguhnya Allah Mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
Kesamaan dalam bergerak bersama-sama terwujud dalam amal usaha yang sesuai dengan hajat masyarakat banyak. Amal usaha dibentuk bersama-sama sebagai wujud nyata kekokohan jamaah dan jam’iyyah atau organisasi kita.
Di antara bentuk amal usaha itu misalnya membangun sekolah. Mungkin awalnya terasa berat dan sulit. Tetapi jika berjamaahnya utuh dan kokoh, berjam’iyyahnya solid, maka pasti menjadi ringan karena dipikul bersama.
Penulis Jahja Sholahuddin Editor Sugeng Purwanto