Ketika Saad Ibrahim Merasa seperti Disambar Petir; Liputan Kontributor Sidoarjo Emil Mukhtar Effendi.
PWMU.CO – Empat kepala sekolah di Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sepanjang, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, dilantik.
Mereka adalah Kepala SMA Muhammadiyah 1 Taman Edwin Yogi L MIKom, Kepala SMK Muhammadiyah 1 Taman Gatot Krisdianto MPd, Kepala SMK Muhammadiyah 2 Taman Rahmat Susilo SPd, dan Kepala SMP Muhammadiyah 2 Taman Drs Zainal Arif F MM.
Pelantikan ini bersamaan dengan peresmian gedung SMP Muhammadiyah 2 Taman dan Rumah Sakit Siti Khodijah Muhammadiyah Cabang Sepanjang. Di Aula SMP Muhammadiyah 2 Taman, Jalan Raya Wonocolo Taman, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Dr Saad Ibrahim MA menyampaikan sambutan, Rabu (31/8/2022).
Kata Saad—sapaannya—sebagai kepala sekolah tentu melaksanakan imamah(kepemimpinan). Dalam konteks ajaran kepemimpinan itu, menurutnya, mereka berhadapan dengan suatu jabatan untuk meneruskan misi kenabian.
“Jadi, ketika kepala sekolah ini diberikan amanah untuk meneruskan misi kenabian, fi hirasatuddin, yang pertama menjaga urusan agama, menjaga keberagamaan dari yang dipimpin!” tuturnya.
“Wa siyasatuddunya. Dan menata atau mengendalikan urusan duniawinya,” imbuhnya. Dengan kata lain, lanjut Kiai Saad, ini bagian gerak seluruh kepala sekolah, bahkan mereka semua yang mendapat amanah untuk memimpin.
Selain itu, Saad menegaskan perlunya menjaga keislaman dari yang dipimpinnya. “Dalam arti, supaya seluruh perilaku-perilaku kita, perilaku yang mempimpin dan yang dipimpin, itu semuanya dalam konteks mengajarkan ajaran Islam yang sebaik-baiknya,” terangnya.
Resmikan Gedung 10 Lantai
Saad pun mengapresiasi Gedung SMP Muhammadiyah 2 Taman yang berdiri 10 lantai untuk pengembangan tempat belajar. “Gedung yang bagus ini bagian dari urusan keduniawian dan saya selalu merasa bangga ketika lewat di jalan tol, lalu tampaklah SMP Muhammadiyah 2 Taman! Tulisan Muhammadiyahnya langsung terlihat,” ucapnya.
“Sebelahnya ada Rumah Sakit Siti Khodijah. Tulisan Muhammadiyahnya tidak begitu kelihatan,” candanya mengundang semua hadirin tertawa.
Dia menilai, ini bagian khidmat Muhammadiyah di bidang pendidikan dan kesehatan. “Tentu yang pertama adalah iklamu likalimatillah, yakni meninggikan agama Allah. Yang kedua likhikmatil ummah, untuk berkidmat kepada umat, bangsa, dan kemanusiaan di seluruh penjuru bumi Allah ini,” terangnya.
Maka, dia menyimpulkan, ini bagian gerakan dakwah Muhammadiyah untuk kepentingan bangsa dan kemanusiaan. Saad pun berpesan kepada seluruh hadirin, terutama kepala sekolah yang sudah dilantik, “Selalulah memohon pertolongan kepada Allah. Tidak ada masalah yang tidak bisa terselesaikan selama ketiga orang ini melaksanakan ajaran Allah termasuk yang disinggung oleh Allah dalam at-Talaq ayat 2 dan 3.”
Artinya, “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangkasangkanya.”
Sekolah Besar Harus Bisa Simpati dan Empati
Saad juga menyampaikan, “Di sekolah kita, Muhammadiyah yang besar seperti ini, juga membayangkan simpati dan empati yang dibangun di dalam jiwanya untuk melihat, sekali lagi untuk menyadari adanya sekolah-sekolah kita yang masih berada di level yang sangat bawah!”
Dia menyatakan, sekolah-sekolah di Sepanjang itu memang termasuk sekolah hebat. Begitupula rumah sakitnya. Tapi untuk membangun empati dengan saudara-saudara yang lainnya, khususnya di Muhammadiyah, Saad mengimbau mereka selalu melihat sekolah-sekolah yang lebih di bawah.
Kiai Saad lalu bercerita. Sekitar enam bulan yang lalu, ia berkunjung ke Kabupaten Pacitan. Di sana, jumlah sekolah Muhammadiyah lebih dari 90. “Merupakan sekolah yang terbanyak kedua di Jawa Timur setelah Kabupaten Lamongan,” ungkapnya.
Saat di sana, dia bertanya kepada seorang guru TK Aisyiyah Busthanul Athfal (ABA). “Nyuwun sewu Ibu, Njenengan dipun gaji pinten (mohon maaf Ibu, Anda digaji berapa)?” tanyanya.
Guru itu tidak mau menjawab, tapi karena Saad agak sedikit memaksa agar mendapat gambaran riil mengenai apa yang Muhammadiyah lakukan, akhirnya sang guru menjawab, “Kami menerima setiap bulan yaitu Rp 150 ribu.”
Sontak, Saad sangat terkejut. “Saya yang diserahi amanah memimpin Muhammadiyah Jawa Timur langsung seperti disambar petir melihat hal-hal yang seperti itu masih terjadi di Muhammadiyah,” ceritanya.
Maka dari itu, Saad menegaskan, betapa pentingnya ikut merasakan seperti itu. Dia langsung menyampaikan kepada Lazismu agar hasil zakat, infak, dan sedekah juga disalurkan untuk saudara kita yang seperti itu.
Investasi Masa Depan
“Walaupun tentu saja kita semua yakin bahwa sesungguhnya ketika kita melakukan sesuatu itu dengan lillahitaalah, karena Allah, lalu kita lakukan secara tulus dan sungguh-sungguh; maka sesunguhnya Allah akan menolong kita. Pada prinsipnya persoalah-persoalan yang dialami oleh guru itu selalu saja diselesaikan oleh Allah sendiri,” terang Saad.
Kepada guru itu, Saad memotivasi, “Inggih Ibu, meniko bagian dari investasi panjenengan mangke masa depan.”
Selepas puasa, pasti ada hari raya. Kiai Saad percaya, “Bagian dari urusan ibu tadi itu yang untuk rumah tangganya, untuk anak-anaknya itu akan diurus langsung oleh Allah SWT!”
Maka yang seperti itu menurutnya harus menjadi jiwa mereka semua. “Dan Muhammadiyah memang selalu berangkat dari kondisi yang saya gambarkan tadi. Hampir pasti SMP ini (SMP Muhammadiyah 2 Taman) dulunya adalah SMP yang masih merangkak, boleh jadi juga gurunya tidak dibayar dan lain sebagainya,” ujarnya.
“Maka ketika sudah berhari raya seperti ini, hemat saya kita masih harus memperhatikan saudara-saudara kita yang masih berpuasa, boleh jadi puasanya panjang. Kalau belum bisa memberikan buka puasa, berikanlah takjil,” imbuhnya.
“Insyaallah kalau kita menolong sesama Allah akan membantu kita. Allah akan menolong hambanya ketika hambanya menolong sesama,” pungkasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/SN