Busyro Muqoddas: Mahasiswa dan Akademisi Garda Terdepan Gerakan Perlawanan Korupsi; Liputan Disa Yulistian, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Sebanyak 500 lebih warga Muhammadiyah dari seluruh penjuru Kabupaten Jember menghadiri Sekolah Kepemimpinan Politik dan Kebangsaan bertema ‘Marajut Persatuan, Menebar Kesejahteraan, Menyiapkan Pemimpin yang Mencerahkan’, di Gedung Ahmad Zainuri Universitas Muhammadiyah (UM) Jember, Sabtu (10/9/2022).
Peserta yang hadir tersebut berasal dari pimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah mulai dari ranting sampai dengan daerah. Juga organisasi otonom dan kepala sekolah Muhammadiyah di Kabupaten Jember.
Bupati Kabupaten Jember Ir H Hendy Siswanto mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan oleh salah satu organisasi Islam besar di Kabupaten Jember ini. “Muhammadiyah sebagai etalase Jember merupakan bagian dari Kabupaten Jember yang bertugas untuk kemaslahatan umat dan masyarakat,” katanya.
Menurutnya, UM Jember yang merupakan bagian dari Muhammadiyah punya tugas mencetak kader-kader masa depan. Seperti beberapa saat lalu ketika Pemerintah Kabupaten Jember mengadakan kegiatan KKN kolaboratif yang diikuti oleh 13 perguruan tinggi dari seluruh Kabupaten Jember, mahasiswa UM Jember ikut mendukung program pemerintah yaitu DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial).
Maka dari itu kegiatan sekolah kepemimpinan muda yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah ini saya yakin dibekali oleh dakwah. Kalau dakwah di-packaging dan dimasukkan ke politik akan sangat maslahat dan membranding orang menjadi politikus yang bermanfaat. Kegiatan hari ini merupakan kemuliaan sebagai persiapan menyiapkan kader anak muda untuk masa depan,” paparnya, seperti ditulis PWMU.CO.
Kejahatan Bandit Politik
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr H M Busyro Muqqodas SH MHum, yang menjadi pembicara mengungkapkan, mahasiswa dan akademisi sebagai garda terdepan untuk gerakan perlawanan korupsi. “Merupakan satu-satunya pilihan moral pembebasan rakyat dari dampak mematikan kejahatan korupsi dan kebohongan struktural,” ujarnya.
Dia menjelaskan teriakan histeris kaum miskin tertindas yang merupakan dampak langsung dari ‘kejahatan bandit politik’ di negeri ini yang semakin menambah pekak telinga dan gelapnya nurani kelompok begal politik. “Mereka para ‘penikmat jabatan’ negara hasil eksploitasi rakyat yang diperlakukan sebagai ‘sapi perah politik’ pemilu-pilkada berbasis suap atau risywah yang haram itu,” ujarnya.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Prof Achmad Jainuri MA PhD yang turut hadir secara luring, menyampaikan kekuasaan dan politik kepemimpinan mempunyai kaitan satu sama lain. “Kekuasaan adalah terminal untuk mencapai tujuan utama yakni terciptanya kehidupan masyarakat adil, sejahtera, dan diridhai oleh Allah SWT. Kekuasaan diperoleh melalui proses politik yaitu penunjukan, pengangkatan, dan melalui keterlibatan orang banyak,” terang dia.
Sementara politik, lanjutnya, merupakan proses menciptakan tatanan sosial yang baik dan ditempuh melalui kontrol terhadap sumber kekuasaan yang ada di masyarakat dengan cara persuasive atau konflik. “Dalam semua proses politik, pemimpin menjadi sangat penting dalam membawa tujuan politik kekuasaan,” ujarnya.
Hal tersebut ada kaitannya dengan ‘kejahatan bandit politik’ yang dijelaskan Busyro Muqoddas, di mana kepemimpinan dalam Islam mempunyai kualifikasi. “Kualifikasi seorang pemimpin yang dibutuhkan saat ini yaitu muslim taat, berpengetahuan, sehat jasmani rohani, serta pemimpin syar’i dan rasional,” kata dia. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni