Mantan Dubes Korsel 20 Tahun Jadi Ketua Mu’tinian Barisan Penggemar Abdul Mu’ti; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Mantan Duta Besar RI di Korea Selatan Umar Hadi berkesempatan menyampaikan komentar lucu pada peluncuran buku Guyon Maton: Lucu Bermutu ala Muhammadiyin di Aula Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jumat (9/9/22).
Sebelum mengomentari buku yang ditulis sahabatnya–Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd–itu, dia menyatakan, “Kalau di dunia K-Pop, ada pasukan BTS namanya Army. Kalau Blackpink, Blink. Nah kalau Mas Abdul Mu’ti itu nama barisan penggemarnya itu Mu’tinian. Saya sudah 20 tahun menjadi Ketua Mu’tinian!” Pernyataannya itu spontan mengundang tawa peserta.
“Kebetulan kita seumur, mulai dari sama-sama kurus dulu sampai sekarang sama-sama lebih kurus lagi,” lanjutnya. Lagi-lagi memecahkan gelak tawa peserta yang duduk lesehan itu.
Kemudian Umar Hadi menegaskan, “Saya sungguh menikmati persahabatan yang sudah begitu lama, begitu langgeng. Tapi ya dalam persahabatan seperti itu tidak ada cerita lucu sebetulnya.”
Pria berkemeja batik merah itu lantas mengenang manisnya persahabatannya. “Dulu saya dikenal sebagai orang yang suka bawa rombongan jalan-jalan di negara lain. Di masa tahun 2000-an. Tokoh-tokoh lintas agama suka saya ajak pergi,” ungkapnya.
Yang paling dia suka kalau dalam komposisinya ada Abdul Mu’ti, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode 2000-2010 almarhum Hasyim Muzadi, dan Pastor Romo Antonius Benny Susetyo. Dia menilai, “Karena tiga itu mesti sahut-sahutannya seru betul!”
Adapun Umar Hadi biasanya duduk di belakang menikmati kelucuan ketiganya. “Saya banyak mencatat kelucuan itu,” tambahnya.
Tipologi Pendidik
Dari yang sudah dia baca, menurutnya banyak sekali yang terekam di buku itu. Akhirnya dia mengucap terima kasih kepada Ibtimes.id yang telah menyusun dan menerbitkan buku tersebut.
“Senior saya, Mas Hadjri sudah menyampaikan, Mas Mu’ti ini perpaduan yang hebat antara intelektual dan aktivis. Mungkin saya tambahkan satu lagi, pendidik. Karena memang tipologi beliau lebih mendidik,” ungkapnya.
Berdasarkan pengamatannya, yang menjadi passion Abdul Mu’ti adalah terus mendidik generasi berikutnya. “Kita patut syukuri keberadaan Mas Mu’ti. Selain lucu, juga memang di balik itu mendidik,” imbuhnya.
Terkahir, ketika dia masih bertugas di Korea Selatan, dia–sebagai penggemar Mu’ti–memaksa teman-teman Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Korea Selatan untuk mengundang Mu’ti. Yaitu pada Idul Fitri terakhir sebelum pandemi, tahun 2019.
“Ternyata, mereka tidak berani. Karena itu tokoh besar. Kita nggak berani undang Sekum PP Muhammadiyah,” ujarnya menirukan rekan PCIM.
Akhirnya dia sendiri yang menghubungi dan mengundang sahabatnya itu. Abdul Mu’ti datang. “Alhamdulillah masyarakat di Korea Selatan bisa menikmati khutbah Idul Fitri dari Sekum PP Muhammadiyah Pak Abdul Mu’ti. Itu berkesan sekali! Tentu khutbahnya sangat lucu, jauh lebih lucu dari komentar saya saat ini,” ucapnya.
Terkahir, dia mengucap selamat untuk Abdul Mu’ti dan teman-teman yang membantu menerbitkan buku itu. (*)