PWMU.CO – Puluhan siswa berjejer manis di belakang meja. Di hadapan mereka tampak warna-warni alat tulis, hingga sejumlah makanan ringan. Siswa-siswi yang lain pun menghampirinya secara bergantian. Sesekali mereka menanyakan sesuatu, melihat-lihat barang itu, kemudian menjulurkan uang kertas dari kantong saku bajunya.
Begitulah gambaran dari program edupreneurship SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya yang dimaksudkan untuk mengenalkan konsep-konsep wirausaha melalui proses pendidikan.
(Baca: Keseruan Wali Murid yang Adu Kreasi Menyiapkan Bekal Makanan untuk Anak Bersekolah)
Acara yang diadakan selama seminggu (20-28/2) tersebut diikuti oleh seluruh siswa kelas tiga. Dengan pengawasan wali kelas masing-masing, setiap hari siswa-siswi dijadwal secara bergantian untuk menyiapkan dagangan dan dijajakan di depan kelas.
”Praktik jual beli itu memang menjadi program rutin sekolah setiap tahun. Harapannya, siswa-siswi SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya mampu mengenal dan mengaplikasikan teknik-teknik menjual, memberi kembalian, serta menghitung untung dan rugi. Selain itu, edupreneurship tentu dapat menuntun kemandirian anak,” terang Dian selaku Koordinator Wali Kelas 3 SD Teladan Nasional.
Para siswa pun denga cekatan menyiapkan barang dagangannya dari rumahnya masing-masing. Mereka kemudian membawa hasil karyanya ke sekolah, mempromosikannya sebelum bazar digelar, menjajakan dagangannya, dan terakhir menghitung laba hasil penjualan. Bahkan, tak sedikit pula siswa yang tampak menjual kue hasil karyanya bersama orang tua.
”Para orang tua juga tak mau ketinggalan, mereka turun tangan untuk membantu mempromosikan karya sang buah hati,” terangnya.
Dagangan yang dijajakan terdiri atas alat tulis, makanan, dan minuman. Ada alat tulis berupa pensil, penghapus, serta pulpen yang lucu-lucu. Di kategori makanan, dijumpai makanan berat seperti nasi, mi, roti, hingga snack ringan seperti marsmellow, salad buah, puding, dan masih banyak lagi.
(Baca ini juga: Bancaan Massal pada Hari Gizi dan Kusta Internasional di SD Limas)
Sementara untuk minuman yang dijajakan antara lain aneka cincau, susu, dan beragam minuman dingin. Karena sasaran pembelinya adalah teman-teman sendiri, dan sebagian juga guru, barang-barang itu dibanderol dengan harga seribu hingga lima ribu rupiah.
”Edupreneurship diadakan sesuai dengan kurikulum kelas tiga SD tentang jual beli. Program ini ada aturannya. Maksimal harga dagangan yang dijual lima ribu rupiah. Maksimal barang yang dibawa juga dibatasi 30 saja,” pungkas guru perempuan pecinta novel itu. (erfin walida/aan)