Moeljadi Djojomartono, dari Solo untuk Indonesia; Oleh M. Anwar Djaelani, penulis buku Jejak Kisah Pengukir Sejarah dan delapan buku lainnya
PWMU.CO – Moeljadi Djojomartono, aktivis Muhammadiyah yang-jika bisa-tak boleh kita lupakan. Nama dia, antara lain ada di balik berdirinya media Muhammdiyah yang bernama Adil. Nama dia, sering ikut disebut kala kita mengenang sejarah berdirinya Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam).
Moeljadi Djojomartono lahir di Solo pada 3 Mei 1898. Dalam keagamaan, dia mendapat pendidikan di Pendidikan Guru Agama Islam dan Kursus Tabligh Muhammadiyah di Solo.
Dia aktif di Muhammadiyah sejak 1923, lewat Muhammadiyah Cabang Solo. Sebelum itu, dia menjadi anggota perkumpulan Sidik, Amanah, Tabligh, dan Fathonah, yakni komunitas pengajian yang merupakan cikal-bakal Muhammadiyah di Solo dan dibina langsung oleh KH Ahmad Dahlan.
Tak hanya di Muhammadiyah aktivitas keorganisasian yang dijalani Moeljadi Djojomartono. Dia yang giat berorganisasi sejak usia muda, juga sebagai Ketua Jong Islamieten Bond (JIB) Cabang Solo, 1925-1928.
Kembali ke aktivitas Moeljadi Djojomartono di Muhammadiyah di Solo. Amanah kepadanya terus meningkat, yang dimulai dari menjadi anggota biasa. Lalu menjadi pengurus yakni Sekretaris II pada 1924. Selanjutnya dia dipercaya menjadi Ketua Bagian Pendidikan dan Pengajaran. Kemudian menjadi Konsul Ketua Muhammadiyah Daerah Solo, 1927- 1947.
Pada 1947-1959 Moeljadi Djojomartono menjadi anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Juga, di posisi yang sama pada periode 1965-1968.
Moeljadi Djojomartono, yang punya panggilan akrab Pak Moel, dikenal sebagai orator yang jenaka. Dia juga terjun di dunia politik.
Pak Moel pernah menjadi Ketua Partai Masyumi Wilayah Jawa Tengah, l947 dan 1949-l956. Juga, merangkap sebagai anggota pengurus Partai Masyumi pusat tahun 1947-1956.
Atas aktivitasnya di Partai Masyumi, pada tahun 1948-l949 Moeljadi Djojomartono ditugasi sebagai penasihat Menteri Dalam Negeri yang saat itu dijabat oleh Dr. Soekiman Wirjosandjojo (dari unsur Partai Masyumi). Di kemudian hari, Pak Moel diberi amanah sebagai Menteri Sosial Indonesia dalam Kabinet Djuanda antara 1957 dan 1962. Juga, di posisi sama pada Kabinet Dwikora III tahun 1966. Moeljadi Djojomartono juga pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat antara 1960 dan 1966.
Merintis Adil
Pengabdian Moeljadi Djojomartono lewat Muhammadiyah sebagian ada pada usaha memelopori terbitnya media Adil. Bahwa, sebelumnya, di Muktamar Ke-21 Muhammadiyah di Makassar pada 1932 ditetapkan perlu adanya media Islam di bawah naungan Muhammadiyah. Tugas pengadaan media ini dimanahkan kepada Konsul Muhammadiyah Solo.
Di Solo, bersama antara lain Soerono Wirohardjono dan Sjamsuddin Sutan Makmur, Moeljadi Djojomartono mulai mewujudkan amanah itu dengan sepenuh semangat. Padahal, Moeljadi Djojomartono sendiri bukanlah pengarang dan/atau wartawan. Itu menunjukkan, perhatiannya kepada pers Islam sangatlah besar.
Lewat musyawarah, disepakati bahwa di Adil, Moeljadi Djojomartono diamanahi sebagai Direktur. Lalu, Sjamsuddin Sutan Makmur sebagai Redaktur, Soejitno sebagai Redaktur Pertama, dan Soerono Wirohardjono sebagai korektor.
Siapa Sjamsuddin Sutan Makmur? Dia lahir di Pangkalan Brandan pada 9 Mei 1909. Belakangan, dia adalah Menteri Sosial dalam Kabinet Soekiman-Suwirjo pada 1951-1952. Juga, Menteri Penerangan pada Kabinet Burhanuddin Harahap pada 1955-1956 (https://muhammadiyah.or.id/sjamsuddin-sutan-makmur-muljadi-djojomartono-menteri-muhammadiyah-era-soekarno/).
Edisi perdana Adil terbit pada 1 Oktober 1932. Kehadirannya, menjadi salah satu catatan sejarah dalam perjalanan pers di Indonesia.
Adil semula terbit sebagai harian pagi dengan tiras 500 eksemplar. Kemudian dalam perjalanannya menjadi majalah dan terakhir (yaitu pada 1999), menjadi tabloid.
Adil adalah satu di antara dua media di Indonesia yang terbit sebelum Perang Dunia II dan bertahan hingga waktu yang cukup lama. Media yang satunya lagi adalah Panjebar Semangat. Media ini berbahasa Jawa dan terbit di Surabaya (Lasa Hs, dkk, 2014 : h. 159).
Catatan di UMJ
Di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Moeljadi Djojomartono punya jejak kisah. Bahwa, pertama, pada 21 September 1961 dibuka Fakultas Kesejahteraan Sosial. Tokoh yang punya ide adalah Moeljadi Djojomartono yang kala itu berposisi sebagai Menteri Sosial (https://umj.ac.id/tentang-umj/sejarah/). Empat tahun berikutnya, masih di UMJ, nama Moeljadi Djojomartono ada di sekitar pembentukan KOKAM.
Alkisah, suasana politik pada 1965 membutuhkan kewaspadaan tingkat tinggi. Berdasar arahan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Jakarta, maka bersama Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Jakarta Raya diadakanlah Kursus Kader.
Kursus itu bertujuan meningkatkan mental dan daya juang keluarga besar Muhammadiyah dalam menghadapi segala kemungkinan. Sejumlah tokoh turut mengawal acara itu, seperti Letnan Kolonel S. Prodjokusumo, H. Ibrahim Nazar, Noerwidjojo Sardjono, Drs. Lukman Harun, Sutrisno Muhdam BA, Drs. Haiban, dan Muhammad Suwardi BA.
Kursus Kader dibuka pada 1 September 1965 dan diikuti 250 orang untuk angkatan pertama. Pesertanya, angkatan muda laki-laki dan perempuan dari utusan Cabang. Bahkan, ada juga dari kalangan orangtua yang bersemangat muda.
Acara berlangsung di Aula UMJ. Materinya, antara lain adalah Tauhid, Kemuhammadiyahan, Kepribadian Muhammadiyah, Fungsi Kader Muhammadiyah dalam Revolusi, Front Nasional, Gerakan Massa Revolusioner, serta Keamanan dan Pertahanan. Adapun pematerinya, antara lain Jenderal Abdul Haris Nasution dan Moeljadi Djojomartono.
Pada 1 Oktober 1965, Jum’at pukul 07.15 Radio Republik Indonesia Jakarta memberitakan adanya pemberontakan / Gerakan 30 September PKI. Atas kondisi itu dan setelah didahului rapat pimpinan, dibentuklah Kesatuan Perjuangan di dalam Muhammadiyah Jakarta Raya dengan nama KOKAM.
Tepat pukul 21.30 pada 1 Oktober 1965 dideklarasikanlah berdirinya Kokam. Keputusan ini disambut dengan suara bulat oleh peserta Kursus Kader (https://tajdid.id).
Moeljadi Djojomartono pernah sebagai Ketua II Barisan Banteng Republik Indonesia yang Ketua Umum-nya adalah Dokter Muwardi. Juga, anggota di KNIP sebagai wakil dari Partai Masyumi.
Pada 1951-1956 Moeljadi Djojomartono dipercaya sebagai Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah. Di samping itu, dia pernah menjadi anggota Dewan Pertahanan Daerah Karesidenan Solo.
Moeljadi Djojomartono pernah menjadi dosen Agama Islam dan Budipekerti di Akademi Militer Yogyakarta. Masih di militer, dia sampai pada jabatan sebagai anggota Staf Gubernur Militer Solo. Kemudian, pada 1951-1955 dia diamanahi sebagai Imam Tentara Teritorial IV/Jawa Tengah dengan pangkat Mayor (Lasa Hs, dkk, 2014 : h. 158-159).
Dia aktivis-pejuang yang suka menyebut dirinya sebagai “Wong Solo”, wafat pada 23 Oktober 1967. Sampai hari terakhir hidupnya, almarhum masih sebagai anggota PP Muhammadiyah.
Sudah lama Moeljadi Djojomartono telah meninggalkan kita. Selanjutnya, hidup dan perjuangan almarhum yang berskala nasional dan sangat mengesankan itu semoga bisa mewarnai spirit kepejuangan kita. (*)
Moeljadi Djojomartono, dari Solo untuk Indonesia; Editor Mohammad Nurfatoni