Konco Ngopi Itu Kini Telah Tiada oleh Abdurrahman Faris, dosen UMG.
PWMU.CO– Ahad (18/9/2022) pagi handphone berdering tak henti-henti. Tidak biasanya hari Ahad mendapatkan telepon dari rekan dosen Univeristas Muhammadiyah Gresik (UMG) yang juga tokoh masyarakat Desa Yosowilangun, Khoirul Aman Makhrudy, yang akrab disapa Pak Rudi.
Saya telepon balik. Biasanya telepon urusan kantor atau organisasi. Tapi jawaban dia justru membuat kaget. Tidak percaya. Bahkan syok. Pak Rudi memberi kabar Rektor UMG Dr Eko Budi Leksono MT kondisinya tidak sadar di lapangan olahraga GKB setelah bermain badminton dengan teman-temannya.
Tak lama kemudian Pak Rudi menelepon lagi, Pak Rektor dibawa ke Klinik Satelit Petrokimia GKB. Namun sudah meninggal dunia.
Masih belum percaya, akhirnya saya segera meluncur ke Klinik Satelit Petrokimia GKB untuk memastikan kondisinya. Benar, Pak Eko, sapaan akrab Rektor UMG telah berpulang ke rahmatullah dengan tenang.
Tangis haru pecah tak terbendung saat melihat jenazah yang sudah ditutupi selimut di IGD Klinik. Di sampingnya tampak istrinya, Bu Musyarofah, seperti masih tidak percaya ditinggal suami tercinta selamanya.
Konco plek yang bermakna teman dekat adalah kata yang selalu disebut Pak Eko jika berbincang dengan teman dosen atau kolega. Seakan tak pernah habis pembahasan jika bersamanya saat ngopi bersama.
Ngopi bareng menjadi kegiatan awal Pak Eko sebelum beraktivitas di Kampus UMG. Tidak ada sekat antara dosen, karyawan, mahasiswa. Dia menjadi konco ngopi bagi mereka di kantin Kampus UMG. Tak segan Pak Eko berbagi rokok kepada dosen senior sambil menikmati kopi.
Indro Kirono, salah satu kawan dosen UMG, merasa kehilanga. Dia seolah tak percaya kalau Pak Eko sudah meninggal. ”Blass aku ga percoyo, yen Eko kapundut (Sungguh saya tidak percaya, jika Eko meninggal),” kata Indro saat takziyah ke rumah duka Jl. Banjarbaru 1 No.2 GKB Gresik.
Indro memang dekat dengan Rektor UMG. Dia rekan dosen senior yang menjadi konco ngopi di kantin kampus.
Pesan Terakhir
Saya sendiri masih menghadap Pak Eko di ruang rektor lantai 7, Rabu (14/9), untuk melaporkan perolehan mahasiswa baru dan program bersama SMK-SMK Pusat Keunggulan untuk membuka kesempatan kelas Pascasarjana.
Hari Sabtu (17/9) malam, Pak Eko masih minta koordinasi dengan kepala sekolah dan kepala Cabang Dinas Pendidikan untuk realisasi program tersebut dan rapat bersama di hari Senin (19/9).
Telepon dan pesan Whatsapp itu menjadi instruksi terakhir kepada saya sebagai Kepala Biro Admisi dan Humas dari Pak Rektor. Pengalaman teringat kembali selama mendampingi Pak Eko dalam beberapa agenda universitas bersama beberapa tokoh daerah atau nasional yang selalu bertanya soal pakaiannya.
Sepatu sampai bajupun menjadi candaan di sela kesibukan menjadi rektor. Saya selalu bilang, ”Tidak apa-apa. Kan kampus millenial, berarti rektornya juga millennial.”
Pak Eko tidak pernah membedakan dalam berkomunikasi. Cara komunikasinya malah bisa menghubungkan komunikasi antara Pemda, universitas, stakeholder, masyakarakat, dan Persyarikatan Muhammadiyah.
Editor Sugeng Purwanto