Bohong Hasanah dan Bohong Dholalah oleh Saparna, Ketua PRM Kalijaten Sepanjang Sidoarjo.
PWMU.CO– Dulu di pertigaan jalan Geluran Sepanjang Sidoarjo yang cukup ramai setiap pukul enam pagi sudah ada seorang pengemis mangkal di situ. Mengenakan pakaian lusuh. Berjalan ngesot. Tangannya menadahkan kaleng minta sedekah kepada orang yang lewat di depannya.
Orang-orang menaruh iba kepadanya, sehingga selalu ada yang memberinya uang. Tidak hanya recehan. Keadaan itu berjalan sekian lama dan menjadi pemandangan yang biasa. Hingga suatu hari kejadian tak terduga mengubahnya.
Ada sebuah minibus tiba-tiba bannya meletus. Mobil itu oleng melaju ke arah tempat pengemis itu. Melihat bahaya menghampirinya, pengemis yang selalu berjalan ngesot itu tiba-tiba langsung berdiri kemudian lari menghindari bahaya. Entah ke mana dia larinya.
Banyak yang tertawa melihat kejadian itu. Ternyata selama ini mereka kena prank. Setiap hari dia berjalan ngesot. Ternyata bisa lari kencang dan menghilang seperti Harun Masiku. Hingga kini dia tak kembali lagi ke tempat itu. Mungkin cari tempat lain untuk menipu lagi.
Dari kejadian itu dapat dipetik pelajaran. Bahwa kebohongan pada akhirnya terbongkar dengan sendirinya.
Bohong itu menyembunyikan kenyataan. Mengungkapkan sesuatu di luar kondisi yang sebenarnya. Tapi ada berbohong yang masih bisa ditoleransi demi menciptakan perdamaian. Mungkin ini disebut bohong hasanah.
Hadits riwayat Ibnu Syihab berkata, aku tidaklah mendengar sesuatu yang diberi keringanan untuk berdusta di dalamnya kecuali pada tiga perkara, peperangan, mendamaikan yang berselisih, dan perkataan suami pada istri atau istri pada suami (dengan tujuan untuk membawa kebaikan rumah tangga). (Bukhari no. 2692 dan Muslim no. 2605).
Suami memuji kepada istrinya bahwa dia perempuan paling cantik dan baik hati di kompleks perumahan boleh saja meskipun kalimat itu lebay, tidak pas dengan kenyataan. Demi harmonisnya rumah tangga, ya sekali-sekali bohong hasanah kadang diperlukan.
Bohong Dholalah
Namun banyak kita jumpai bohong dholalah. Bohong sesat. Tujuannya demi keuntungan sendiri. Seperti pengemis tadi. Ini disebut menipu, berdusta, hoax. Dunia bisnis, hukum, dan politik paling banyak praktik tipu-tipu.
Ngentit, mengurangi timbangan, hingga goreng menggoreng saham di bursa efek itu penipuan yang sering terjadi di dunia bisnis. Orang senang melakukan karena dapat keuntungan.
Kejadian tipu-tipu yang bikin heboh dunia hukum adalah Ferdy Sambo. Dia merekayasa pembunuhan ajudannya Brigadir Yosua. Ini malah ironis. Polisi yang semestinya menegakkan hukum malah menipu. Melibatkan puluhan polisi mulai pangkat bayangkara hingga jenderal.
Sekarang penyelidikannya berbelit-belit dan terkesan lamban. Orang-orangpun jadi curiga, hoax apalagi yang mau disebarkan. Kita tunggu jaksa dan hakim apakah berani mengungkap kejadian sebenarnya di persidangan.
Bohong paling berbahaya itu di dunia politik. Sebab di situ ada pembuatan kebijakan yang menyangkut nasib rakyat satu negara. Politikus saat kampanye Pemilu suka mengumbar janji. Ketika terpilih lupa memenuhi janjinya. Herannya banyak rakyat yang suka dibohongi. Buktinya politikus itu dipilih lagi.
Kasus terbaru pada pidato kenegaraan Agustus lalu disampaikan APBN surplus. Pemerintah kuat memberikan subsidi sebesar Rp 502 triliun kepada rakyat. Tak sampai sebulan, pada 3 September lalu, pemerintah mengumumkan mencabut subsidi BBM. Alasannya beban APBN berat dan salah sasaran. Hadeuuhhh!
Ada Bjorka
Kebohongan pada akhirnya memang terbuka sendiri. Untung sekarang ada Bjorka yang menghebohkan jagat maya. Membuat kelabakan pemerintah. Dia mencuri banyak data negara lalu dibocorkan lewat medsos. Nama beberapa pejabat diungkap. Merekapun kelabakan.
Tim khusus dibentuk untuk memburunya. Seorang pemuda penjual es di Madiun yang suka main internet ditangkap. Dia dituduh sebagai Bjorka. Tapi tidak terbukti. Lalu dilepas. Kemudian ditangkap lagi. Kali ini dituduh ikut membantu Bjorka karena pernah masuk ke akunnya.
Ulah Bjorka itu illegal. Namun banyak orang yang mendukungnya. Sebab dia mewakili aspirasi warga yang geregetan dengan ulah para pejabat. Dia bisa mengungkap bohong dholalah mereka.
Tapi alangkah indahnya dunia tanpa kebohongan. Teringat tulisan Nur Cholis Huda: Jika kita ingin menjadi orang baik, kunci pertama tidak berbohong. Jika ingin keluarga kita keluarga yang baik, maka suburkan kejujuran dan hilangkan kebohongan dalam keluarga. (Berdamai dengan Hari Tua, Hikmah Press 2015 Hal 156).
Begitupun kalau ingin negara ini baik maka pejabatnya harus jujur. Pemerintah jujur, rakyat jujur, polisi, jaksa, hakim, pengusaha, semuanya jujur. Maka negara bakal tentrem kerta raharja, murah sandang pangan seger kuwarasan. Baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur.
Allah mengingatkan dalam surat an-Nahl (16): 105
Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah pembohong.
Kalau orang meremehkan pesan kitab suci, ceritakan saja dongeng Pinokio. Hidungmu bisa bertambah panjang kalau berbohong. Mungkin saja dia percaya dan sadar. Kadang orang lebih suka dongeng bohong hasanah.
Editor Sugeng Purwanto