Anggota DPR Ini Menawarkan Pembelajaran Deep Learning; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik, Tineke Wulandari.
PWMU.CO – Penutupan Training of Trainer (ToT) Fasilitator Satuan Pendidikan Program Mandiri Numerasi Gresik yang digelar di SD Muhammadiyah 3 Gresik dihadiri oleh Anggota Komisi X DPR RI Prof Zainuddin Maliki M Si, Sabtu (17/9/2022).
Prof ZM, sapaannya, menyampaikan tema yang dipakai dalam ToT ini merupakan salah satu keberhasilan Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim dalam mempopulerkan nama literasi dan numerasi.
“Literasi itu ilmu yang bermain kata-kata sedang numerasi ilmu yang bermain angka. Literasi itu ada bermacam-macam. Tidak hanya baca tulis tapi ada literasi olahraga, kesehatan, kebudayaan, ekonomi, industri, dan politik,” terangnya.
Misalanya, literasi ekonomi dari membaca melahirkan inspirasi kemudian melahirkan tindakan-tindakan ekonomi. Literasi politik dari membaca muncul inspirasi kemudian memunculkan tindakan-tindakan politik.
Prof ZM menyinggung cara berkomunikasi orang Indonesia yang suka gegap gempita. Contohnya azan harus keras, pengumuman disampaikan dengan speaker. “Di Surabaya wali kota menyampaikan pengumuman untuk warganya di lampu merah menggunakan Toa,” sindirnya.
Artinya, kata dia, cara komunikasi kita cenderung memakai audio. Termasuk di kelas pun guru berkomunikasi dengan siswa lebih banyak menggunakan audio.
Deep Learning
Ketika Prof ZM menanyakan kepada peserta ToT, “Lebih jelas mana mengajar dengan hanya menggunakan mulut atau menggunakan peraga?” serentak peserta menjawab lebih jelas menggunakan peraga.
“Jika lebih jelas menggunakan peraga kenapa masih banyak guru yang hanya menggunakan mulut? Artinya cara mengajar guru hanya seolah-olah,” tanyanya retoris.
Dia pun melontarkan kritik, “Bersekolah dari pagi sampai sore hanya mendapat capek karena tidak terjadi proses pembelajaran yang semestinya.”
Menurutnya, pembelajaran di selohah harusnya menggunakan model yang paling efektif, yakni deep learning. “Pembelajaran deep learning dimulai dari mengetahui kemudian bisa melakukan dan menjadi pembiasaan,” jelasnya.
Jadi, sambungnya, kalau melatih motorik maka harus mengetahui teori terlebih dahulu baru mengerjakan. “Contohnya belajar sepeda harus naik sepeda. Belajar berenang juga harus berenang di kolam renang. Bukan hanya teori di dalam kelas,” ujarnya.
“Setelah bisa berenang, dia harus menyukai berenang. Jika siswa sudah mendalami apa yang dipelajari artinya pembelajaran deep learning sudah tercapai,” tambahnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni