Tanwir IPM di Sorong, Ada Makna di Balik Itu: Liputan Viradyah Lulut Santoso, kontributor PWMU.CO Surabaya.
PWMU.CO – Pimpinan Pusat (PP) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) menggelar Tanwir IPM 2022 bertema ‘Recover, Rebuild, Resilience’ di Sportorium Universitas Pendidikan Muhammadiyah (Unimuda) Sorong, Papua Barat, Kamis (22/9/22).
Permusyawaratan tertinggi dalam Muhammadiyah di bawah Muktamar itu dihadiri Wakil Presiden Indonesia Prof Dr KH Ma’ruf Amin, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Drs H A Dahlan Rais MHum, perwakilan Bupati Sorong Suroso SIP MA, Rektor Unimuda Sorong Dr Rustamadji MSi, Ketua Umum PP IPM Nashir Efendi, dan Ketua Umum PW IPM Papua Barat Rian Hidayat.
Sebanyak 37 peserta dari 18 Pimpinan Wilayah (PW) IPM seluruh Indonesia hadir di sana. Mereka ikut mengevaluasi dan memproyeksikan gambaran-gambaran baru IPM ke depan. Tak ketinggalan, agenda besar ini juga dihadiri ratusan penggembira dari pelajar Muhammadiyah Papua.
Dalam pembukaan Tanwir PP IPM itu, Suroso–Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan–menyatakan, sebuah kehormatan bagi mereka karena Sorong terpilih sebagai lokasi Tanwir. Suroso lantas memuji temanya.
Menurut dia, tema kali ini sejalan dengan tantangan pascapandemi dan era disrupsi. “Tema yang diambil hari ini memang tema kelas nasional betulan. Sangat menggambarkan apa yang harus kita kerjakan!” ujarnya.
Dia menyadari era teknologi sekarang bisa jadi potensi sekaligus mengkhawatirkan. Namun, Suroso yakin, melalui Tanwir, IPM bisa merumuskan berbagai rekomendasi untuk kemaslahatan dan keberkahan bagi seluruh pihak.
“Kita mempunyai kewajiban memastikan generasi kita adalah generasi yang baik. Bisa menghadirkan rekomendasi-rekomendasi yang baik dan menjadikan negara kita adil makmur baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” ungkapnya.
Mengingat konstitusi telah menjamin kebebasan berserikat dan berkumpul, menurutnya agenda itu menjadi sarana yang baik untuk menempa dan membentuk kepribadian mereka. “Belajar juga bisa dilakukan melalui ekstrakampus atau sekolah, dalam konteks ini adalah IPM,” ujarnya.
“IPM bisa menjadi sebuah wadah agent of change dan wadah perekat ukhuwah. Kami berharap anak-anakku sekalian menjadi agen untuk perekat!” imbuhnya.
Sebelum menutup sambutannya dan mengucap selamat bertanwir, Suroso menegaskan, “Kami mengapresiasi atas apa yang dilakukan dan apa yang didukung oleh keluarga besar Muhammadiyah.”
Alasan Lokasi dan Makna Tema
Pertama kalinya IPM menggelar Tanwir di Indonesia bagian Timur yaitu Sorong, Papua Barat, Ketua Umum PP IPM Nashir Efendi menjelaskan alasan pemilihan lokasinya. Kata dia, ini bagian pengamalan beberapa ayat al-Quran yang memuat diksi Timur dan Barat. “Yaitu di surat al-Muzammil ayat 9, surat al-Baqarah ayat 115 dan 177,” urainya.
Dia juga membuat singkatan kreatif dari ‘Papua’ yaitu Panutan Putra-putri Indonesia. Juga ‘Sorong’ yang dia jabarkan menjadi selalu on fire dan strong.
Nashir–sapaannya–lantas menerangkan, tema yang diangkat sangat penting bagi IPM. “Recover berarti kita harus sembuh dari pandemi ini,” tuturnya.
Kemudian dia menerangkan maksud rebuild, membangun ulang tatanan sosial di IPM. “Sebelum pandemi kita memiliki pola yang lama kemudian terpacu menjadi katalisator, memiliki pola yang baru dalam mengelola organisasi, diri, dan lingkungan kita,” jelasnya.
Terakhir, resilience. Dia menegaskan, “IPM didesain agar bisa bertahan di tengah jika nantinya tertimpa musibah atau krisis lagi.” Harapannya, IPM jadi model organisasi yang relevan dan terdepan dalam menghadapi krisis.
Nashir juga menjelaskan, Tanwir termasuk agenda terbesar setelah Muktamar. “Yakni agenda evaluasi dan proyeksi dalam rangka memberi gambaran-gambaran baru untuk arah IPM ke depan. Sorong juga sebagai tempat atau saksi yang menentukan arah IPM di sisa waktu satu tahun ke depan,” imbuhnya.
Menurutnya, kesuksesan tanwir ialah kesuksesan mereka bersama dalam meneropong jauh apakah IPM masih relevan di berbagai kalangan anak muda, terutama di kalangan pelajar. “Terjadi banyak pergeseran di era pandemi, Covid-19, dan disrupsi. Semuanya mengocok ulang IPM sebagai organisasi yang ditantang dan diuji,” terangnya.
Dia juga meminjam istilah Rhenald Kasali yang menggabungkan antara pandemi dan disrupsi. Yaitu 3S yang meliputi shift (pergeseran), speed (kecepatan), dansurprise (keterkejutan). “Tiga S ini kunci nilai utama yang menguji kita saat sama-sama melihat beberapa fenomena,” ungkapnya.
Fenomena pertama, learning loss. “Anak muda mengalami hambatan kognitif!” ujarnya. Kedua, kekerasan seksual, fisik, maupun verbal online yang meningkat selama pandemi. Selain itu, ada pula faktor eksternal global yang dia nilai sangat berpengaruh.
Nashir mengingatkan, “Small mind discuss a people, average mind discuss an events, great minds discuss an ideas!” Dia yakin, teman-teman aktivis IPM sosok yang great minds. “Yang bisa mendiskusikan ide untuk kemajuan IPM di sisa satu tahun yang akan datang dan juga untuk ke depannya,” tegasnya.
Akhirnya, dia mengucap selamat melaksanakan sidang tanwir dengan penuh gembira, semangat, dan produktif. “Sehingga sama-sama memiliki nama bergeming di mata dunia dan juga bermanfaat untuk masyarakat,” harapnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/SN